Page 122 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 122

REZIM-REZIM BARU PENGETAHUAN  —  101


                    Rasa tidak suka terhadap dongeng-dongeng legenda membuat Marsden
               bersimpati,  setidaknya  hingga  tingkat  tertentu,  kepada  al-Falimbani,  yang
               rekan-rekannya sangat mungkin telah dia jumpai. Namun, ada orang-orang
               lain dalam ekspedisi Jawa 1811 yang akan menerima persis karya-karya ini. Di
               antara mereka adalah John Leyden (1775–1811), seorang Skot yang terkenal
               menguasai  bahasa-bahasa  Oriental,  termasuk  Melayu,  yang  kali  pertama
               dilihatnya  pada  1802  ketika  menyalin  69  judul  karya  Werndly.  Setelah
               berkunjung  ke  Penang  pada  1805  dan  bersahabat  dengan  Raf  es,  Leyden
               mulai mengerjakan terjemahan Sulalat al-salatin, yang oleh Werndly disebut
               buku berbahasa Melayu “paling berharga”. 10
                    Tak diragukan lagi, Leyden gatal ingin melakukan penjarahan literatur
               sendiri.  Walaupun  begitu,  ekspedisi  ke  Jawa  akan  menjadi  petualangan
               tersingkatnya karena Leyden terserang tifus begitu mendarat dan memeriksa
               sebuah perpustakaan setempat (barangkali perpustakaan Masyarakat Batavia).
               Tiadanya Orientalis kesukaannya, Raf  es menjalin hubungan yang berguna
               dengan para pejabat penting Belanda dan mengawasi kebangkitan Masyarakat
               Batavia. Hindia menjadi sebuah wilayah untuk dijelajahi dan dieksploitasi
               meski  atas  nama  kemajuan  bagi  para  penduduk  pribuminya.  Jika  slogan
               Masyarakat  Batavia  menegaskan  bahwa  usaha-usahanya  adalah  “untuk
               kebaikan bersama”, Raf  es membuat klaim eksplisit bahwa kekuasaan Inggris
               dirancang untuk meningkatkan pribumi. Mengesampingkan ketulusannya,
               masa  bulan  madu  berlangsung  singkat  bagi  Raf  es.  Dia  diperintahkan
               mengembalikan  Jawa  kepada  Belanda  pada  1818  dan  pergi  ke  Bencoolen
               (Bengkulu). Di sana dia merencanakan penciptaan Singapura Inggris pada
               1819  dan  menyaksikan  terjemahan  Leyden  atas  Sulalat  al-salatin  dicetak
               sebagai Malay Annals. 11


               KEBANGKITAN BELANDA
               Ketika Belanda kembali berkuasa, mereka membuat sebuah upaya baru untuk
               mengumpulkan informasi mengenai pendidikan pribumi dengan niat untuk
               menggantinya dengan sesuatu yang mereka buat sendiri. Mengikuti instruksi
               yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal G.A.G.P. van der Capellen (menjabat
               1816–26) pada Desember 1818, para pejabat setempat diminta agar pada
               Maret  berikutnya  menyelidiki:  (1)  pendidikan  apa  yang  diberikan  kepada
               pribumi Jawa, (2) siapa yang menyelenggarakannya, (3) di mana pendidikan
               berlangsung dan siapa yang membiayainya, dan (4) bagian populasi mana
               yang dipengaruhinya.  Hanya selusin kepala administratif yang memenuhi
                                  12
               instruksi,  dan,  bahkan  dengan  mengizinkan  bias  dan  ketidakpahaman
               yang lazim, gambaran yang mereka lukiskan mengenai pesantren-pesantren
               sangatlah muram. Meski “para pendeta” dan guru mengajari murid—kadang
                              13
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127