Page 103 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 103

82  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


          Kepulauan Maluku yang ditangkap dari Portugis pada 1605 (dengan bantuan
          orang-orang Muslim), akan mendapat pelajaran menggunakan Cort Begrip
          (Katekismus Singkat) karya Philip Marnix St. Aldegonde (1538–98). Buku
          ini  telah  diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Melayu  pada  sekitar  1608  oleh
                                               16
          sang gubernur baru, Frederick de Houtman.  Selanjutnya, pada 1609 VOC
          memerintahkan  Gubernur  Jenderal  untuk  Hindia  yang  hendak  berangkat
          menuju tempat tugas, Pieter Both (bertugas sejak 1610 sampai 1614) untuk
          mengumpulkan informasi mengenai para penduduk dan menemukan cara
          terbaik untuk melakukan “perpindahan agama orang-orang non-Kristen”. 17
              Lima  tahun  kemudian  dewan  gereja  Delf   dan  Delf ant  menyerukan
          pendirian sebuah lembaga pelatihan di Leiden, tempat para teolog terkenal
          di  universitas  bisa  melatih  para  misionaris  potensial  dengan  berbagai
          keterampilan yang dibutuhkan untuk membungkam “orang-orang Yahudi,
          Mahumedist, Bonce, Bremine, dan para penggoda lainnya”. Juga dinyatakan
          agar kaum muda sebaiknya belajar “bahasa Maleytse” untuk menghemat waktu
          yang bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat ketika mereka tiba
          di Hindia. 18
              Meski tidak ada sesuatu pun yang segera dilaksanakan, seruan tersebut
          mendapat  dukungan  dari  negara  dalam  waktu  singkat  pada  1622  ketika
          pendahuluan Piagam VOC diubah untuk menetapkan bahwa sejak saat itu
          negara akan peduli terhadap “pemeliharaan keimanan publik”.  Pada tahun
                                                               19
          yang sama Antoine de Waele (Walaeus, 1573–1639) ditugaskan mendirikan
          lembaga pelatihan di Leiden, setelah dewan “tujuh belas” menyetujui resolusi
          pendirian  lembaga  semacam  itu  pada  1621. Perubahan-perubahan  ini,
                                                  20
          sebagiannya, merupakan akibat tekanan dalam negeri yang berpuncak pada
          Sinode  Dordrecht  1618–19  yang  mengukuhkan  “lima  pokok”  Calvinisme
          sebagai ajaran resmi negara, dan sebagian lagi akibat meningkatnya jumlah
          penganut  Katolik  berbahasa  Portugis  dan  Melayu  yang  berada  di  bawah
          kekuasaan  VOC  setelah  pengambilalihan  markas-markas  Portugis  di  Asia.
          Wajar  saja  jika  “orang-orang  Kaf r  dan  Moor”  masih  dipandang  sebagai
          sasaran, meski seperti akan kita lihat sebagian misionaris di lapangan mulai
          meragukan efektivitasnya.
              Akan tetapi, Belanda bukanlah tempat bagi keraguan religius. Anggota
          masyarakat yang tidak disukai para pejabat negara pun sangat mendukung
          pemberantasan  Islam  setelah  orang-orang  Katolik  berhasil  ditangani.
          Selama penahanannya di kastil Loevestein pada 1619–21, Hugo de Groot
          (Grotius, 1583–1645) mencurahkan beberapa syair berima untuk menyesali
          penyebaran bersejarah “Mahumetisterije” di Asia Kecil dan Afrika. Namun,
          India dan Hindia yang lebih jauh tetap tak disebut oleh Grotius. Padahal, dia
          telah menulis risalah pertamanya untuk membenarkan perampasan sebuah
          kapal Iberia oleh VOC di Selat Malaka pada 1603. 21
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108