Page 169 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 169

148  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN


          derajat yang  lebih  rendah  sang pejabat yang  kita bicarakan, yakni L.W.C.
          van den Berg. Meski hanya sedikit muatan yang secara langsung berkaitan
          dengan Hindia dalam artikel ini, Snouck sengaja menerbitkannya di BKI.
          Dia menyatakan bahwa untuk meningkatkan pemahaman mengenai Islam di
          Jawa, para penulis mengenai soal-soal Hindia perlu “memiliki pengetahuan
          mengenai prinsip-prinsip dasar agama dunia ini serta sejarahnya”. Belanda,
          demikian  argumennya,  “masih  sangat  jauh”  dari  tujuan  tersebut.   Snouck
                                                                   5
          hanya punya sedikit waktu untuk tawaran yang diajukan mendiang Keijzer,
          atau  untuk  berbagai  observasi  Grashuis  yang  diterbitkan  ulang  karena  dia
          mengarahkan kritiknya dengan kekuatan penuh terhadap van den Berg dalam
          tulisan-tulisan yang lebih pedas sepanjang 1883.
              Situs pertama pertempuran ini adalah jilid pertama edisi van den Berg
          atas  Minhâdj  at-Tâlibîn,  yang  diterbitkan  dengan  sokongan  pemerintah
          kolonial dengan sebuah terjemahan bahasa Prancis. Setelah mencatat bahwa
          hanya orang-orang Eropa yang tampaknya tertarik membaca yurisprudensi
          Islam sebagai wahana untuk memahami Islam, Snouck kemudian menarik
          perhatian  pada  sejumlah  inkonsistensi  dan  kekeliruan  dalam  terjemahan
          tersebut, mulai dari judulnya. Dia juga bertanya-tanya siapa kiranya khalayak
          karya semacam itu. Menurutnya, karya itu tidak bisa benar-benar bermanfaat
          baik  bagi  publik  dan  para  administrator  kolonial  maupun  para  Orientalis
          yang pastinya lebih baik membeli versi yang lebih murah dari penerbit Kairo. 6
              Pesannya juga jelas di tingkatan yang lain. Tidak ada tempat bagi sang
          ahli hukum kolonial di pentas kecendekiawanan Eropa. Karena, persis pada
          tahun itulah (1883) perkumpulan Orientalis datang ke Leiden untuk kongres
          internasional  keenamnya  di  bawah  kepemimpinan  guru  Snouck,  teolog
          Abraham  Kuenen  (1828–91).  Acara  ini  diatur  agar  berbarengan  dengan
          Pameran Besar Kolonial di Amsterdam, tempat, setelah perjalanan singkat
          dengan  Kereta  Kerajaan,  kumpulan  pakar  (yang  kebanyakan)  Barat  bisa
          mengagumi kekayaan Hindia yang dipamerkan. Salah seorang pemirsa adalah
          Amin b. Hasan al-Madani (w. 1898), seorang pengunjung Arab penjual buku
          dan penulis pamf et penentangan perilaku menyimpang tarekat-tarekat Suf .
          Apa yang dilihatnya bisa jadi memiliki dampak menentukan terhadap sang
          Orientalis muda. 7
              Sekali  lagi,  baik  pertunjukan  Amsterdam,  yang  menarik  orang  ramai
          dari seluruh negeri melalui gerbang-gerbang temporernya yang bergaya Moor,
          maupun  Kongres  Leiden,  yang  berharap  agar  mereka  tetap  berada  di  luar
          gerbang-gerbang  besinya  yang  usang,  tidak  memberikan  banyak  perhatian
          pada realitas Islam dalam konteks Hindia yang bisa dikristenkan. Penggunaan
          arsitektur pseudo-Islami di pameran, yang direstui oleh Veth yang mendukung
          misi dengan alasan bahwa orang-orang Indonesia tidak mengembangkan gaya
          mereka sendiri, adalah hal yang kontroversial.  Di Leiden, seorang misionaris
                                                8
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174