Page 173 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 173

152  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN


              Barangkali  dengan  mempertimbangkan  pengamatan  yang  dilakukan
          sebelumnya  mengenai  berbagai  edisi  Kairo  dan  pengabaian  van  den  Berg
          terhadap edisi-edisi tersebut, Snouck mencatat bahwa salinan tulisan tangan
          digunakan  berdampingan  dengan  hasil  cetakan  semacam  itu.  Meskipun
          penyusunan  dan  nilai  karya  tersebut  dihargai,  umumnya  hanya  bab-bab
          praktis mengenai bersuci, shalat, zakat, haji, dan puasa yang dibaca. Seorang
          imam mungkin mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dalam aturan-aturan
          terkait  perkawinan,  sedangkan  sisanya  dipandang  semata-mata  sebagai
          konsepsi  teoretis  mengenai  bagaimana  imam  Tuhan  memerintah  sebelum
          bangkitnya “Olanda Sétan”. 22
              Ini adalah ungkapan khas yang digunakan oleh Poensen dalam Brieven-
          nya, yang dibuka dengan pujian terhadap artikel Snouck. Namun, seperti
          simpulan  kita,  Snouck  khawatir  ada  Sétan  lain  memperdaya  orang-orang
          Melayu  dan  Jawa.  Dalam  analisis  terhadap  pengajaran  mistis,  Snouck
          melaporkan kepatuhan berlebihan para pelaku dzikr yang meyakini bahwa
          “mata mereka terbuka  dan  mata Anda tertutup”. Namun, di sini pun  dia
          mengelompokkan makna dzikr menurut kelas. “Biasanya,” tulis Snouck, “bagi
          kalangan yang paling terdidik,” dzikr adalah hal “insidental,” bukan pokok
          dalam  peribadatan  mereka.  Sebaliknya,  bagi  “banyak  massa  persaudaraan,
          teriakan  dan  jeritan,  tarian  dan  gerakan  berputar”  hanyalah  “latihan  f sik
          yang  dilakukan  untuk  memuja  Tuhan,”  dan  mereka  yang  menempatkan
          diri di atas hukum dilabeli “para pendosa” (di titik ini Snouck merujuk pada
          artikel  Harthoorn  dari  1860).   Namun,  masih  juga  bisa  ditemukan  para
                                    23
          Suf  “ortodoks”—mereka yang mengakui bahwa kajian Syari‘ah merupakan
          prasyarat untuk pelajaran yang lebih tinggi.
              Snouck  menjelaskan  betapa  murid  mana  pun  yang  terlibat  dalam
          pencarian gnosis—ajaran rahasia kebenaran rohani—disebut pejalan, salik,
          sedangkan  jalannya  disebut  suluk.  Dengan  melakukan  hal  ini,  Snouck
          melakukan  sebuah  intervensi  untuk  konteks  Hindia.  Selain  menyebut
          penjelasan-penjelasan sebelumnya yang diberikan Verkerk Pistorius sebagai
          tidak memadai, Snouck menyatakan bahwa tesis J.G.H. Gunning dari 1881
          mengenai persoalan ini, yang mengikuti kekeliruan Keijzer menerjemahkan
          suluk sebagai “pakaian”, adalah “tidak layak mendapatkan kritik apa pun”. 24
              Sisa diskusi Snouck ditujukan untuk sebuah teks yang dikoleksi oleh van
          Langen di Dataran Tinggi Padang yang menekankan ortodoksi Suni sembari
          menyelami Futuhat karya Ibn al-‘Arabi dan Tuhfa karya al-Burhanpuri. Teks
          ini ditutup dengan tulisan-tulisan “Suf  Aceh” Hamzah al-Fansuri, tempat
          “ungkapan-ungkapan  yang  paling  berani  dan  bercorak  panteistis  dikutip
          dan  diperlakukan  sebagai  kebenaran  tertinggi”.   Pada  akhirnya,  Snouck
                                                    25
          menyatakan  bahwa  konsumsi  pelajaran  tinggi  semacam  ini  tidak  mesti
          dijumpai di kalangan para pencinta dzikr dan apa yang diuraikan merupakan
   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178