Page 176 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 176

RENUNGAN-RENUNGAN DARI JAUH ...  —  155


               Snouck tiba di Kota Suci sehari kemudian. Dia langsung dipercaya sebagai
               orang beriman seperti yang diklaimnya, setidaknya dalam penampilannya.
               Tak  kurang  otoritas  seperti  Ahmad  Dahlan  mengundangnya  untuk  ikut
               serta dalam pelajarannya, baik di masjid maupun di rumahnya. Komunitas
               Jawi itulah yang membuka paling banyak pintu dan memberikan wawasan
               mendalam mengenai kehidupan Mekah. Bibi seorang pemandu Jawi bahkan
               membukakan pintunya lebih lebar ketimbang perempuan mana pun di Mesir
               yang pernah disaksikan oleh Lane.
                    Ketika membawa Snouck ke rumah pamannya, direncanakanlah sebuah
               perjumpaan kebetulan dengan sang nyonya yang dimaksud, dan menyiratkan
               kemungkinan  lebih  jauh  daripada  sekadar  akomodasi  dan  tempat  tidur
               untuknya.  Tawaran  itu  ditampik  dengan  tegas  oleh  Snouck,  yang  masih
                        35
               mempelajari bagaimana menilai orang-orang di Hijaz. Kita bisa yakin bahwa
               dia tidak menampik perempuan yang diduga muncikari karena kesopanan
               yang  berlebihan.  Surat-suratnya  kepada  P.N.  van  der  Chijs  menunjukkan
               bahwa dia menceburkan diri dalam masyarakat Mekah dengan cara-cara yang
               membuat  Richard  “Dirty  Dick”  Burton  (1821–90)  yang  terkenal  keji  itu
               terengah-engah. Ini termasuk membeli dan mengawini seorang budak Abisinia
               untuk  mempertahankan  derajat  terhormat  (pastinya  status  Lane  sebagai
               lelaki lajang mengejutkan banyak orang Mesir yang berbicara dengannya).
               Perjumpaan dengan bibi sang pemandu menyatu ke dalam narasi Snouck,
               seperti halnya peristiwa-peristiwa lain disatukan, untuk menciptakan kesan
               keterlibatan total dalam sebuah masyarakat “Zaman Pertengahan”. 36
                    Ketika  tidak  sibuk  mengamati  kehidupan  sehari-hari  atau  mengajari
               seorang dokter Mekah “yang sangat liberal” tentang seni fotograf  (di luar
               pengamatan publik), Snouck bergerak melalui pintu-pintu lain yang dibuka
               lebar-lebar  oleh  Ahmad  Dahlan  untuknya.  Dia  diberi  akses  ke  lingkaran-
               lingkaran pengajaran para cendekiawan seperti Nawawi dari Banten. Dia juga
               mendapat kesempatan mendiskusikan urusan-urusan dunia bersama para syekh
               Suf  seperti ‘Abd al-Karim dari Banten dan Ahmad dari Lampung. Ketiganya
               mengungkapkan pandangan bermusuhan terhadap kekuasaan Belanda, tetapi
               mengimbanginya dengan pengakuan bahwa perlawanan terhadap kekuasaan
               pada saat itu tidaklah berguna (sesekali ditimpali seruan Sayyid Ja’far). Di
               sini pula Snouck mampu menilai status relatif berbagai cendekiawan Kota
               Suci, terutama mereka dari kalangan Syaf ‘i yang menempatkan diri di bawah
               otoritas Dahlan. Yang sangat menonjol adalah orang Mesir, Abu Bakr Syatta’,
               pengarang  I‘anat  al-talibin  (Bantuan  untuk  para  Pencari)  yang  digunakan
               secara luas; ayahnya yang Suf  dilayani dan digantikan oleh ‘Abd al-Syakur
               dari Surabaya.
                    Snouck juga menjalin hubungan baik dengan seorang ‘Alawi lain yang
               berbasis  di  Hindia  yang  tengah  belajar  di  Hijaz.  Dia  adalah  ‘Abdallah  al-
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181