Page 275 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 275

254  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


          Suf sme  adalah  sebuah  kepedulian  antikuarian.  Sebuah  petunjuk  mengenai
          pandangan-pandangannya perihal masalah ini bisa ditemukan dalam publikasi
          yang berawal sebagai sebuah kuliah yang disampaikannya di Leiden pada 1932
          dan yang dia publikasikan bersama Massignon. 40
              Yang jauh lebih kontroversial adalah saudara Mustafa, ‘Ali (1888–1966).
          Dia menyatakan bahwa lembaga khalifah adalah sebuah inovasi, barangkali
          mengulangi  kuliah-kuliah  Snouck  mengenai  persoalan  ini.   Seperti  yang
                                                             41
          diinformasikan  Mansur  Fahmi  kepada  Snouck  pada  1925,  pernyataan  itu
          membuat gelar ‘Ali dicopot karena tidak semua pihak di Kairo bersimpati
          pada program dua bersaudara ‘Abd al-Raziq itu, pun tidak semua pengikut
          ‘Abduh berhubungan  baik  dengan  Snouck  Hurgronje. Rasyid Rida adalah
          salah seorang kritikus yang vokal terhadap pembicaraan apa pun mengenai
          kematian  khalifah.  Ada  pula  Syakib  Arslan  (1869–1946)  yang  mengecam
          Snouck  karena  berusaha  menghilangkan  kesetiaan  orang-orang  Muslim
          di  Timur  Jauh  terhadap  kaum  Mukmin  yang  lebih  luas  dan  sebaliknya
          menanamkan  dalam  diri  mereka  rasa  kepemilikan  nasional  yang  semu.
          Namun, rasa tidak sukanya pada apa yang dia anggap sebagai rencana Snouck
          untuk  menciptakan  kaum  Muslim  “Indonesia”  tidak  mencegahnya  dari
          mengandalkan tulisan-tulisan Snouck dalam soal mendokumentasikan sejarah
          bangsa tersebut serta orang-orang Arab di antara mereka. Rasa tidak suka yang
          sama tidak menghentikan Rasyid Rida dari mengirimi Snouck sebuah salinan
          karyanya  Wahy  almuhammadi (Wahyu  Muhammad)  pada  1933.  Mungkin
          sebagai usaha untuk mengajak Snouck ke posisinya.  Juga jelas bahwa Rida,
                                                      42
          yang  kerap  mengunjungi  lingkaran-lingkaran  Naqsyabandiyyah  pada  masa
          mudanya, memiliki pandangan serupa mengenai persaudaraan-persaudaraan
          “mabuk”. Meskipun dia menahan diri tidak menerbitkan manuskripnya yang
          sudah lama dijanjikan mengenai tarekat, pandangan-pandangannya terlihat
          jelas karena perlahan-lahan dia mulai berderap seiring sejalan dengan orang-
          orang Saudi pada 1920-an.


          MENDUNG MENGGANTUNG DI ATAS KANTOR URUSAN PRIBUMI
          Meski  bertindak  sebagai  Kanselir  Universitas  Leiden  sejak  1922,  Snouck
          Hurgronje  terus  melatih  (atau  setidaknya  menguji)  para  sarjana-pejabat
          dengan caranya yang tersohor tak kenal kompromi sebelum mereka diizinkan
          ke lapangan atau, bagi sedikit orang dan setelah studi tambahan dalam bahasa
          Arab dan bahasa Aceh, ke Kantor Urusan Pribumi. Dua lulusan dari program
          yang melelahkan ini adalah G.F. Pijper dan G.W.J. Drewes. Yang pertama
          menyelesaikan  sebuah  disertasi  mengenai  Alf  masa’il  di  bawah  bimbingan
          van Ronkel pada 1924 dan kemudian dikirim ke Batavia menerima tugas
          sebagai Asisten Penasihat, pertama di bawah Kern dan kemudian di bawah
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280