Page 280 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 280

PENGERASAN DAN PERPISAHAN  —  259


               antara  Eropa  dan  Hindia,  Snouck  agak  bingung.  Dia  mendorong  kolega
               juniornya  itu  untuk  memikirkan  baik-baik  posisinya.  Menurut  Snouck,
               berbagai perjalanan sebenarnya telah memberi Pijper akses menuju banyak
               pengalaman pribadi dan tentu banyak lagi yang akan menyusul. 58
                    Keadaan  tampaknya  kembali  tenang  untuk  sesaat.  Namun,  pada
               1930  terindikasi  adanya  tekanan  terhadap  Kantor  Urusan  Pribumi,  yang
               menimbulkan semakin banyak perpecahan di kalangan staf, terutama antara
               Gobée dan para bawahan Eropa-nya. Bawahan Gobée tidak menyukai tuntutan
               dinas yang dibebankan kepada mereka dengan mengorbankan berbagai usaha
               ilmiah yang lebih mereka sukai. Ketika permohonan Pijper untuk melakukan
               sebuah tur studi di Ambon tidak dijawab oleh Residen, Pijper juga menyerang
               Gobée karena sudah mengirimnya dalam tugas bodoh pada Ramadan, sembari
               menyatakan  bahwa  “kutukan”  Kantor  Urusan  Pribumi  adalah  dangkalnya
               kualitas riset mereka.  Kemudian, ada para editor Pamong Praja yang mesti
                                 59
               dikhawatirkan, seperti ketika catatan resminya mengenai Islam untuk Indisch
               Verslag (Laporan Hindia) 1931 diterbitkan dalam keadaan “banyak terpotong
               dan  diedit  dengan  sembarangan”.   Pada  tahun  yang  sama,  Pijper  melihat
                                             60
               “awan gelap” menggantung di atas Kantor Urusan Pribumi ketika muncul
               berita pada November bahwa Gubernur Jenderal baru yang konservatif, B.C.
               de  Jonge  (menjabat  1931–36)  berencana  menempatkan  Kantor  di  bawah
               tanggung jawab langsung Pamong Praja. 61
                    Ketakutan  semacam  itu  sedikit  mereda  pada  1932  ketika  dirasakan
               bahwa  Gubernur  Jenderal  De  Jonge  telah  terlepas  dari  cengkeraman  para
               penentang Stuw, gerakan metropolitan yang menganjurkan emansipasi yang
               lebih  besar  bagi  orang-orang  Indonesia  dibandingkan  yang  dimungkinkan
               oleh parlemen simbolis (Volksraad). Namun, berbagai pidato memuji Kantor
               Urusan  Pribumi,  yang  disampaikan  di  Volksraad  oleh  Wiranatakoesoema
               (1888–1965)—dengan dukungan Mohammed Husni T amrin (1894–1941)
               dan Wiwoho Probohadidjojo dari JIB—meningkatkan kecurigaan Pamong
               Praja. Meski demikian, dengan berangkatnya C.O. van der Plas (1891–1977),
               yang konf iknya dengan Gobée sangat sengit, Pijper mendapati dirinya ada
               di  sebuah  kantor  yang  jauh  lebih  tenang  dibandingkan  saat  dia  datang.
               Pijper kemudian menghabiskan lebih banyak waktu menulis kepada Snouck
               mengenai kecintaannya pada kesusatraan Arab dan kekagumannya kepada
               para cendekiawan Mesir modern seperti Taha Husayn, Mansur Fahmi, dan
               Zaki Mubarak, sembari memperlihatkan sikap agak meremehkan terhadap
               kaum  Hadrami  setempat  yang  diyakininya  semakin  sadar  bahwa  mereka
               ketinggalan dalam perlombaan menuju kemajuan.
                    Pijper tetap memperhatikan segala jenis gerakan dan tokoh Islam. Dia
               menganggap  potret  ‘Ali  al-Habsyi  yang  dibingkai  sama  bergunanya  seperti
                                                                    62
               potret ‘Abd al-Ghaf ar untuk memulai percakapan di kantornya.  Pijper secara
   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284   285