Page 276 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 276

PENGERASAN DAN PERPISAHAN  —  255


                                       43
               Émile Gobée (1881–1954).  Dia menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh
               di segala sisi masyarakat Hindia. Dia paling dikenal karena kaitannya dengan
               kaum pembaharu seperti Ahmad Surkati, wakilnya ‘Abdallah b. ‘Abd al-Qadir
               Harhara (ditandai dalam berkas-berkas Inggris sebagai “musuh yang sangat
               berbahaya”), dan Hamka (‘Abd al-Malik Karim Amrullah), putra Haji Rasul
                                 44
               yang banyak omong.  Sementara itu, Drewes, putra seorang kepala sekolah
               Protestan, pada 1925 mempertahankan studinya mengenai tiga orang Akmali
               dari abad kesembilan belas. Dia pindah ke Jawa untuk menduduki sebuah
               jabatan  di  Kantor  Urusan  Pribumi  sebelum  dipindahkan  ke  Biro  Pustaka
               Rakyat pada tahun berikutnya. 45
                    Baik Drewes maupun Pijper sangat mengagumi guru mereka, mengikuti
               nasihatnya  dan  mengabadikan  kenangan  mengenainya  di  Leiden  dan
               Amsterdam.  Namun,  mereka  tidak  diperlakukan  setara.  Jauh  dari  setara.
               Snouck memulai sebuah korespondensi yang panjang dan kebapakan dengan
               Pijper  segera  setelah  ulang  tahunnya  yang  ketujuh  puluh.  Sebaliknya,  dia
               tak pernah menawarkan catatan-catatan lapangannya kepada Drewes muda
               atau malahan dia tidak pernah berbagi dengan Drewes. Tesis Drewes jelas
               tidak menggunakan berbagai manuskrip Snouck sebagai rujukan, yang bisa
               jadi memberikan informasi mengenai pokok bahasannya. Pada satu titik dia
               terpaksa  mengutip  panjang  lebar  edisi  bahasa  Inggris  (bukannya  edisi  asli
               berbahasa Belanda) karya Snouck De Atjèhers.
                    Meski tak mendapat restu gurunya—selain berbagai penghinaan seperti
               dilewatkan Snouck pada 1929 untuk sebuah jabatan yang jatuh ke tangan
               C.C.  Berg  (1900–90)—Drewes  selalu  berpegang  pada  berbagai  standar
               gurunya, meniru metode-metodenya yang keras, dan mempertahankan minat
               pada bidang kajian Islam masa lalu dan masa kini. Setelah menghadiri sebuah
               ceramah di Yogyakarta oleh Mirza Wali Ahmad Beg yang seorang Ahmadiyyah,
               dia  menulis  kepada  teman  baiknya  Petrus  Voorhoeve  (1899–1996)  pada
               1926,  menyatakan  bahwa  Djåwå  adalah  surat  kabar  yang  membayar  para
               kontributornya “dengan sangat baik”. Pada tahun tersebut dia memublikasikan
                                                                          46
               sebuah artikel singkat di surat kabar Djåwå mengenai Syekh Yusuf.  Yang
               tidak disebutkannya adalah bahwa dia termasuk sebagai dewan redaksinya,
               bersama Hoesein Djajadiningrat. Surat kabar itu kemudian menjadi tempat
               bagi beberapa tinjauan pertamanya, yang terkenal keras, seperti ketika dia
               mencabik-cabik sebuah tesis J. Doorenbos mengenai Hamzah Fansuri. 47
                    Segera  setelah  tiba  di  Jawa,  Drewes  ditunjuk  sebagai  seorang  pejabat
               bahasa,  sebuah  jabatan  yang  semula  dikira  Pijper  sepele  dibandingkan
               peran awalnya yang sangat sibuk. Namun, seperti akan kita lihat di bawah,
               keadaan berubah bagi Pijper dan bahkan bagi Kantor secara umum, setelah
               berbagai  pemberontakan  pada  pertengahan  tahun  dua  puluhan.  Pastinya
               dia  tidak  selalu  menjadi  cendekiawan  pertama  yang  dimintai  pendapat.
   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281