Page 277 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 277

256  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


          Sebaliknya, cendekiawan itu adalah Schrieke yang saat itu menjabat Guru
          Besar Etnologi dan Sosiologi di Batavia. Schrieke yang diutus untuk menulis
          tentang pemberontakan komunis di Sumatra Barat, naik ke jabatan Direktur
          Pendidikan (dan dengan demikian atasan Pijper) pada 1929. Hal ini membuat
          Pijper sangat tidak senang. Pijper percaya bahwa Schrieke menganggapnya
          sebagai otoritas pesaing mengenai Islam di Batavia. Benar atau tidak, surat-
          surat Pijper kepada Snouck, yang pernah disebutnya sebagai “cita-citanya yang
          tak mungkin tercapai”, menuturkan kisah yang tak dikehendaki mengenai
          Kantor  yang  terpecah  di  bawah  tekanan  untuk  melaksanakan  tugasnya  di
          hadapan  Pamong  Praja  yang  tidak  terlalu  menghargai  para  Penasihat,  dan
          pastinya tidak terlalu bersimpati kepada orang-orang Indonesia.
              Keadaan tidak bermula dengan begitu muram bagi sang Ajun Penasihat
          untuk Urusan Pribumi. Segera setelah kedatangannya, Pijper menemani Kern
          dalam sebuah tur mengelilingi Banten pada akhir Januari 1926, menemui
          Penghulu  Kepala  saat  itu,  Raden  Muhammad  ‘Isa  (l.  1874),  kerabat  lain
          keluarga Djajadiningrat yang mengklaim pernah bertemu Snouck di Jeddah
          ketika masih muda. Namun, saat itu adalah masa yang tegang. Sang Residen
          sangat ingin mengetahui apa yang bisa dipelajari Pijper mengenai pengaruh
          komunisme terhadap orang-orang lokal. Pastinya terdapat ketegangan dalam
          keluarga sang kiai terkemuka Banten, Asnawi dari Caringin. Menantunya,
          Ahmad Khatib (yang lain), yang menggantikan Hasan Djajadiningrat sebagai
          kepala Sarekat Islam di Serang pada 1920, konon adalah komunis terkemuka di
          kawasan ini. Menurut kabar angin, Asnawi telah meminta agar Ahmad Khatib
          menceraikan putrinya. Ahmad Khatib sama sekali tidak ingin melakukannya,
          mengingat  dia  mendapatkan  gengsi  yang  besar  dari  hubungannya  dengan
          seorang  kiai  yang,  seperti  Muhammad  ‘Isa,  terhubung  dengan  keluarga
          Djajadiningrat.  Anggota  klan  ini  termasuk  mantan  Bupati  Serang,  R.A.
          Djajadiningrat (w. 1933) dan putra tertuanya, R.A.A. Djajadiningrat, mantan
          murid Snouck dan kemudian Bupati Batavia. 48
              Sebagian  besar  dari  informasi  ini  berasal  dari  Kiai  Ru’yani,  yang
          mengaku pernah berjumpa dengan ‘Abd al-Ghaf ar di Mekah ketika masih
          muda.  Asnawi  juga  mengaku  memiliki  sejenis  hubungan  dengan  ‘Abd  al-
          Ghaf ar karena iparnya adalah pelayan Snouck di Mekah. Setidaknya inilah
          yang diketahui Pijper sewaktu kembali berkunjung pada September ketika
          kisah  Kiai  Ru’yani  dibenarkan  oleh  Asnawi  yang  lemah,  setelah  disambut
          dengan  sangat  hormat  oleh  bupati  yang  tengah  menjabat  yakni  anggota
          lain  dari  keluarga  besar  Djajadiningrat. Tak  perlu  dikatakan,  posisi  kedua
          orang ini dan keluarga Djajadiningrat secara umum terancam ketika sebuah
          pemberontakan meletus pada November. Meski salah seorang anggota Raad
          van Indië meramalkan bahwa Achmad Djajadiningrat muda akan menuju
          kamp konsentrasi yang terkenal di Boven Digul, sejarah selalu berulang dan
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282