Page 278 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 278

PENGERASAN DAN PERPISAHAN  —  257


               priayi keturunan bangsawan lolos dari celaan sedangkan sang kiai yang sepuh
               itu dikirim ke pengasingan. 49
                    Nasib  demikian  tampaknya  tidak  terlalu  menarik  minat  Pijper  saat
               itu.  Dalam  surat-suratnya  kepada  Snouck,  dia  lebih  sering  berkomentar
               mengenai  betapa  penyebutan  nama  samaran  gurunya  itu,  ‘Abd  al-Ghaf ar,
               telah  membuka  banyak  pintu  untuknya  ketika  dia  mewawancarai  para
               pejabat pribumi dan para cendekiawan dengan menggunakan bahasa Arab.
               Pijper semula berlatih bahasa Arab bersama seorang Palestina, Tayseer Nabilcy
               (Taysir Nabulsi), dan belakangan bersama ‘Abdallah b. Salim al-‘Attas. Pijper
               juga memberikan imbalan secara rutin atas bantuan yang dia dapatkan dari
               Hoesein Djajadiningrat, yang menjelaskan segala macam peraturan hukum
               kepadanya dan mendukung penjelasannya baik dengan tulisan-tulisan Sayyid
               ‘Utsman maupun Ahmad Surkati “yang tak ternilai”, yang juga mengajarinya
               bahasa Arab selama tiga tahun. 50
                    Kontak seumur hidup lainnya adalah orang Banten “yang maju” dan
               “sangat saleh”, Sjoe’aib Sastradiwirja, yang mengajarinya “berbagai rahasia”
               kajian Islam dan shalat sejak 1926.  Meski sehari-hari berinteraksi dengan
                                              51
               anak  asuh  Agoes  Salim  ini  (belum  lagi  guru,  editor,  dan  anggota  Jong
               Islamieten Bond), Pijper mengaku tetap terkejut dengan kesalehan mereka,
               sebagaimana  dalam  laporan  mengenai  Hoesein  Djajadiningrat  yang  “sama
               sekali tidak bebas dari hal-hal Mohammedan”:
                    Ini menjadi jelas bagi saya pada banyak kesempatan, yang terakhir ketika saya
                    bertanya kepadanya bagaimana seharusnya saya bicara mengenai Islam dalam
                    kuliah-kuliah saya kepada para murid Akademi Pemerintah. Ketika saya beralih
                    pada pengantar historis kritis mengenai asal usul dan sejarah awal Islam, dia
                    menunjukkan  sifat  hipotetis-nya  kepada  saya.  Dia  juga  menegaskan  bahwa
                    kesarjanaan  Barat  hampir  tidak  berubah  dalam  perlakuan  tradisionalnya
                    terhadap  Mohammad  dan  ajarannya;  [tetapi]  saya  seharusnya  tidak  punya
                    masalah khusus dengan ajaran ini. Untuk beberapa saat saya meragukan poin
                    terakhir  ini.  Bagaimana  saya  harus  menjawab  ketika  seorang  murid  “yang
                    tercerahkan”  bertanya  bagaimana  memahami  penyusunan  dan  asal  usul
                    berbagai gagasan Koran? Memang dampak kritik Eropa mulai berhasil masuk,
                    dalam makalah-makalah dan berbagai terbitan berkala kita menemukan reaksi.
                    Di Bantam tahun lalu saya bertemu seorang Asisten Wedana yang masih muda,
                    yang tertarik pada Verspreide Geschriften karya Anda! Saya sangat mengharapkan
                    petunjuk dari Anda mengenai bagaimana saya harus mempelajari aspek historis
                    dari tugas saya. 52

                    Snouck  membalas  bahwa  dia  sepenuhnya  memahami  permintaan
               bantuan  Pijper  pada  keluarga  Djajadiningrat  dan  langkah  Hoesein  yang
               semakin “konservatif”:
   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283