Page 113 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 113
SEMINAR NASIONAL 2017
Malang 10 April 2017
karena tinggi badan (tinggi pundak) kambing kacang betina dewasa masuk dalam model
regresi terbaik yang ditemukan dalam penelitian ini, disamping variabel bebas lainnya
(lingkar dada). Perbedaan ini diduga akibat perbedaan lingkungan pemeliharaan dan juga
akibat jumlah sampel yang diamati berbeda.
Penelitian ini juga sesuai dengan temuan Tandon (1966) yang menyatakan adanya
korelasi yang sangat nyata antara log bobot badan dengan log panjang badan (0,63 – 0,85),
dan antara log bobot badan dengan log lingkar dada (0,59 – 0,87) untuk induk kambing
Beetal. Disamping itu, penelitian ini sejalan dengan temuan Sing dkk. (1979) yang meyatakan
bahwa pada kambing Benggala Hitam pada berbagai umur ditemukan adanya korelasi sangat
nyata antara bobot badan dengan panjang badan (0,64), dengan tinggi badan (0,57), dengan
lingkar dada (0,74), dan dengan lingkar perut (0,74). Singh (1987) juga melaporkan bahwa
untuk anak kambing silangan Angora x Gaddi, lingkar dada dapat digunakan sebagai
indikator dalam mengestimasi bobot badan pada jantan (r = 0,34 – 0,80) dan pada yang betina
(r = 0,26 – 0,80) pada umur 12 bulan.
Uji t berpasangan antara data badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan pada
kambing kacang jantan dewasa menggunakan model regresi terbaik (bobot badan = - 24.3 +
0.467 lingkar dada + 0.317 panjang badan) memberi hasil tidak signifikan (P>0,05 atau
tepatnya P=0,870). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi model regresi terbaik
untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa yang ditemukan dalam penelitian
ini memiliki akurasi tinggi untuk diaplikasikan di lapangan.
Hal yang sama ditemukan pula pada hasil uji t berpasangan antara bobot badan
sesungguhnya dengan bobot badan dugaan kambing kacang betina dewasa menggunakan
model regresi terbaik (bobot badan = - 29 + 0.643 lingkar dada + 0.170 tinggi badan)
memberi hasil tidak signifikan (P>0,05 atau tepatnya P=0,938). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa aplikasi model regresi terbaik untuk menduga bobot badan kambing
kacang betina dewasa yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki akurasi tinggi untuk
diaplikasikan di lapangan.
Formula-1 dan Aplikasinya
Formula-1 yang ditemukan oleh Khan et al. (2004) untuk menduga bobot badan
2
kambing adalah: W = (G + L) /X, dimana W adalah bobot badan kambing (lbs), G adalah
lingkar dada (inch), L adalah panjang badan (inch), X adalah lingkar dada dengan ketentuan
nilainya adalah 17 bila lingkar dada berada pada kisaran 15 – 19 inch, X nilainya 13,5 bila
lingkar dada berkisar dari 20 – 25 inch, dan X nilainya 12 bila lingkar dada berukuran 25 inch
ke atas. Untuk menggunakan formula-1, maka satuan lingkar dada dan panjang badan yang
sesungguhnya dikonversi dulu ke dalam bentuk inch. Demikian pula, bobot badan dugaan
yang diperoleh dalam satuan lbs akan dikonversi kedalam bentuk kg dulu sebelum
dibandingkan dengan bobot badan kambing sesungguhnya (dalam satuan kg).
Untuk menguji apakah formula-1 dapat diaplikasikan untuk menduga bobot badan
kambing kacang yang terdapat di Manokwari, maka dilakukan uji t data berpasangan antara
bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan pada kambing kacang jantan dewasa
yang dihitung menggunakan formula-1. Hasil uji t data berpasangan memberi hasil sangat
signifikan (P<0,01 atau tepatnya P=0,001). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
aplikasi formula-1 untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa yang
dipelihara dalam lingkungan di Manokwari memiliki akurasi sangat rendah untuk
diaplikasikan di lapangan.
Hal yang sama ditemukan pula pada hasil uji t berpasangan antara bobot badan
sesungguhnya dengan bobot badan dugaan kambing kacang betina dewasa menggunakan
formula-1 memberi hasil signifikan (P<0,05 atau tepatnya P=0,026). Dengan demikian dapat
“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia” 102