Page 118 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 118
SEMINAR NASIONAL 2017
Malang 10 April 2017
meningkatkan kandungan protein pada onggok (Yudiarti & Sugiharto, 2016). Penggunaan
AGPs dalam budidaya ayam broiler sudah berlangsung sangat lama. Selain dapat memacu
pertumbuhan, AGPs juga dapat meningkatkan kecernaan ayam broiler dan memaksimalkan
absorbsi nutrien dalam saluran cerna (Julendra dkk., 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh fermentasi dalam pakan terhadap
kecernaan protein, laju digesta dan pH usus ayam broiler. Manfaat dari penelitian ini yaitu
dapat memberikan informasi tentang potensi penggunaan onggok fermentasi sebagai alternatif
pengganti jagung dan antibiotik sintetik sebagai feed additive yang mampu meningkatkan
kecernaan protein pada ayam broiler. Hipotesis dari penelitian ini yaitu penggunaan onggok
yang difermentasi dengan Acrenomium charticola tidak menimbulkan efek negatif terhadap
kecernaan protein, laju digesta dan pH usus ayam broiler.
2. Tinjauan Pustaka
Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan jenis ayam pedaging unggul yang diciptakan dari seleksi
genetik dan sudah banyak diternakan di Indonesia. Ayam broiler memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan ayam bukan ras antara lain dalam peningkatan performance
atau karakteristiknya yaitu pertumbuhan yang cepat, pemeliharaan yang singkat, kualitas
daging baik dan keseragaman baik (Tamalludin, 2012). Tujuan utama dalam beternak ayam
broiler yaitu untuk memproduksi daging. Pada umumnya pemeliharan ayam broiler yaitu 5 –
7 minggu dengan berat tubuh sekitar 1,3 kg – 2 kg (Murtidjo, 2007). Pakan merupakan faktor
biaya terbesar dalam pemeliharaan ayam broiler yaitu mencapai 65 – 70% dari total biaya
produksi (Koni, 2013). Diantara bahan pakan penyusun ransum, jagung merupakan bahan
penyusun utama (50%) dalam pakan ayam broiler (Cooke dkk., 2008. Saat ini, ketersedian
bahan baku seperti jagung masih sangat bergantung dengan impor yakni sebesar 80% dan
sisanya mengandalkan dalam negri (Fadillah, 2013). Hal tersebut menjadikan nilai ekonomis
jagung menjadi cukup tinggi. Upaya untuk mengatasinya adalah dengan memanfaatkan
limbah agroindustri yang tidak bersaing, murah dan mudah didapatkan salah satunya yaitu
onggok (Nuraini dkk., 2008).
Onggok Fermentasi
Onggok merupakan limbah padat agroindustri pada pembuatan tepung tapioka yang
dapat dijadikan sebagai media fermentasi dan sekaligus sebagai bahan pakan ternak (Nuraini
dkk., 2008). Onggok memiliki beberapa komposisi nutrien yaitu bahan kering 89,56%,
protein 2,95 %, lemak kasar 0,35%, serat kasar 7,28%, dan BETN 71,64% (Suci, 2013).
Onggok berpotensi sebagai pakan ternak karena mengandung karbohidrat atau pati yang
masih cukup tinggi. Kandungan energi metabolis onggok adalah 3000 – 3500 kkal/kg
(Nuraini dkk., 2008). Nilai nutrisi pada onggok yang rendah dapat ditingkatkan dengan cara
fermentasi. Fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein, menurunkan serat kasar dan
meningkatkan kecernaan protein serta dapat memperbaiki nilai efisiensi ransum pada ayam
pedaging (Theresia dkk., 2013). Dari penelitian (Sugiharto dkk., 2015) fermentasi
menggunakan A. charticola mampu menurunkan kadar serat ampas singkong (onggok) dan
juga dapat meningkatkan kandungan protein kasarnya dengan menggunakan urea sebagai
sumber nitrogen atau suplemen dalam proses fermentasi. Selain itu, A. charticola memiliki
sifat probiotik sehingga baik untuk kecernaan ayam broiler (Nurhayati dkk., 2006).
Kecernaaan Protein
Kecernaan adalah selisih antara zat-zat pakan yang terkandung dalam ransum yang
dikonsumsi dengan zat-zat yang terkandung dalam feses, yang dipengaruhi oleh suhu
“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia” 107