Page 121 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 121
SEMINAR NASIONAL 2017
Malang 10 April 2017
dari indikator dalam ekskreta setelah diberi ransum tanpa indikator. Ekskreta kemudian
diambil dan ditimbang berat basahnya, kemudian dikering udara kan di bawah sinar matahari.
Ekskreta yang sudah kering udara di timbang kembali lalu di homogenkan dan dimasukan ke
dalam plastik yang telah diberi kode untuk selanjutnya di analisis kandungan proteinnya.
Cara pengamatan dan perhitungan persentase kecernaan protein, laju digesta dan pH usus
ayam broiler dapat dilihat sebagai berikut:
Kecernaan protein dapat dihitung dengan rumus (Wahju, 2004). Sebagai berikut:
A. Kecernaan protein (%)
Keterangan:
PK yang dikonsumsi = kadar protein kasar ransum x jumlah konsumsi
Protein ekskreta = jumlah ekskreta x PK ekskreta
Protein urin = 30% protein eksreta
PK ekskreta terkoreksi = PK ekskreta – PK urine
B. Perhitungan laju digesta.
Selisih waktu antara ekskreta yang pertama kali keluar dengan ransum berindikator
atau ekskreta yang pertama kali keluar tanpa ransum indikator dan dihitung rata-ratanya.
C. Pengamatan pH usus ayam broiler.
Ayam disembilih secara Islam hingga darah keluar sempurna, kemudian bulunya
dicabuti hingga bersih, pisahkan bagian karkas dengan saluran pencernaan dan keluarkan
saluran pencernaan pada bagian usus, pisahkan bagian usus halus seperti jejenum, duodenum
dan ileum, selanjutnya celupkan kertas pH pada bagian ileum. Catat hasil nilai pH sesuai
dengan code ayam yang telah diberikan.
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancanagan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan. Data hasil penelitian selanjutnya diolah secara statistik dengan
menggunakan analisis ragam pada taraf 5%, apabila terdapat pengaruh perbedaan yang nyata
maka dilanjutkan dengan analisis uji Duncan (Sastrosupadi, 2000).
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian onggok fermentasi terhadap persentase
kecernaan protein, laju digesta dan pH usus disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan kecernaan protein, laju digesta dan pH usus.
Perlakuan
Variabel
T0 T1 T2 T3
Kecernaan protein (%) 81,49 ± 7,26 81,74 ± 5,84 80,75 ± 10,93 82,83 ± 4,89
Laju digesta (menit) 144,80 ± 37,04 159,40 ± 9,75 140,60 ± 39,67 142,90 ± 28,04
pH usus (ileum) 5,20 ± 0,45 b 6,00 ± 0 a 5,00 ± 0,71 b 5,40 ± 0,55 ab
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil bahwa pemberian onggok fermentasi dan
antibiotik tidak memberikan pengaruh (p>0,05) terhadap kecernaan protein dan laju digesta
ayam broiler. Nilai kecernaan protein dan laju digesta yang tidak berbeda nyata menunjukan
bahwa pemberian onggok fermentasi dapat digunakan sebagai pengganti jagung sampai
dengan level 16%. Selain tidak berdampak negatif terhadap kecernaan protein dan laju digesta
ayam broiler, onggok fermentasi dapat menekan biaya pengadaan harga jagung dalam pakan
ayam broiler. Hasil rataan nilai kecernaan protein yang didapatkan yaitu sebesar 80 – 82 %.
Nilai tersebut menunjukan kecernaan protein tergolong normal. Menurut (Wahju, 2004),
kecernaan protein unggas berkisar antara 70 – 85%. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kecernaan protein adalah kandungan nutrisi dalam pakan yang dikonsumsi oleh ternak.
“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia” 110