Page 127 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 127

SEMINAR NASIONAL 2017
               Malang 10 April 2017

               merupakan  salah  satu  solusi  dalam  membudidayakan  tanaman  padi  pada  lokasi  endemik
               keong  mas,  lokasi  saat  tanam  memiliki  drainase  yang  sulit  atau  lokasi  lahan  rawa  yang
               memiliki masalah keracunan besi. (BB Padi, 2015).
                      Teknologi  budidaya  hazton  menggunakan  tanam  pindah  dengan  sistem  tanam  jajar
               legowo (jarwo) 2:1. Sistem tanam jajar legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling
               antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong.
               Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama
               dan penyakit, atau kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris terpinggir
               pada tiap unit legowo lebih rapat dari pada baris yang ditengah (setengah jarak tanam baris
               yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang
               dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat
               berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman
               padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).
                      Sistem  tanam  legowo  kemudian  berkembang  untuk  mendapatkan  hasil  panen  yang
               lebih  tinggi  dibanding  sistem  tegel  melalui  penambahan  populasi.  Selain  itu  juga
               mempermudah  pada  saat  pengendalian  hama,  penyakit,  gulma,  dan  juga  pada  saat
               pemupukan.    Sistem  legowo  adalah  suatu  rekayasa  teknologi  untuk  memperoleh  populasi
               tanaman  lebih  dari  160.000  per  hektar.  Penerapan  sistem  tanam  legowo  disarankan
               menggunakan jarak tanam (25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris;
               dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/lorong atau ditulis (25x12,5x50) cm. Penerapan jarwo
               selain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar
               matahari dan udara disekeliling tanaman pingir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih
               baik.  Tanaman  yang  berada  di  pinggir  diharapkan  juga  memberikan  produksi  yang  lebih
               tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar legowo terdapat
               ruang terbuka seluas 25-50% (Balitbangtan, 2013).


               3.  Metodologi
                       Pengkajian  dilaksanakan  di  Desa  Tanjung  Agung  Kec.  Tanjung  Agung  Palik  Kab.
               Bengkulu  Utara  pada  bulan  Mei  2016  -  Sepetember  2016.  Percobaan  menggunakan
               Rancangan  Acak  Kelompok  (RAK)  dengan  faktor  tunggal  yaitu  ukuran  jarak  tanam.
               Perlakuan  jarak  tanam  dengan  sistem  jajar  legowo  2:1  yang  digunakan  terdiri  dari  3  taraf
               yaitu 25x25x50 cm, 25x12,5x50 cm dan 20x20x40 cm. Semua perlakuan diulang sebanyak 6
               kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
                       Penerapan teknologi budidaya padi hazton menggunakan benih padi varietas Inpari 22
               (label putih) sebanyak 100 kg. Penggunaan bibit menggunakan bibit tua berumur 25-26 hari
               setelah  semai  (HSS).  Penanaman  menerapkan  sistem  tanam  jajar  legowo  2:1  dan
               menggunakan caplak roda untuk membentuk pola jarak tanam sesuai perlakuan. Jumlah bibit
               yang digunakan sebanyak 25-30 batang/lubang tanam. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali
               dengan dosis sesuai dengan rekomendasi Kalender Tanam Terpadu untuk Kecamatan Tanjung
               Agung Palik yaitu Urea 125 kg/ha dan NPK 15-15-15 250 kg/ha. Untuk luasan 0,8 ha, dosis
               pupuk yang digunakan sebanyak 110 kg urea dan 210 kg NPK. Dosis pemupukan I diberikan
               pada 7 HST sebanyak 37 kg urea dan 105 kg NPK, pemupukan II diberikan pada 25 HST
               sebanyak 36,5 kg urea dan pemupukan III diberikan pada umur 40 HST dengan dosis pupuk
               sebanyak 36,5 kg urea dan 105 kg NPK. Panen padi  dilakukan pada umur 86 hari setelah
               tanam (HST).
                       Pengumpulan data yang dilakukan yaitu data pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman
               dan jumlah anakan maksimum  serta jumlah anakan berisi), dan data komponen hasil  yang
               terdiri  dari  panjang  malai,  jumlah  gabah  bernas/rumpun,  jumlah  gabah  hampa/rumpun,
               jumlah gabah maksimum/rumpun, bobot 1000 butir dan produktivitas). Data dianalisis dengan


                              “Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”     116
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132