Page 54 - EBOOK_Teknik Budidaya Tanaman dan Produksi Ternak
P. 54

6.2.3.    Pemeliharaan

               Pemupukan

               Tanaman kacang merah memiliki bintil akar yang dapat menambat nitrogen dari udara.  Meskipun demikian,
               upaya penambahan unsur hara melalui pemupukan masih tetap diperlukan.  Karena pupuk kimia, seperti Urea,
               SP-36, dan KCl, atau NPK tidak tersedia di Lembah Baliem, Papua berkenaan dengan kebijakan pemerintah
               daerah setempat, maka pupuk kandang matang dari kotoran babi, ayam, atau kelinci, dan pupuk hijauan dari
               bekas gulma yang sudah dikeringkan dapat digunakan sebagai alternatip penyedia unsur hara tambahan.  Dosis
               yang dianjurkan adalah sekitar 1 – 2 kg per rumpun tanaman, yang diberikan minimal 3 kali selama pertumbuhan
               tanaman, yaitu pada saat tanam, setelah tanaman berumur 20 hari, dan menjelang tanaman berbunga.

               Sebagai informasi, jika pupuk kimia tersedia, seperti misalnya di Pegunungan Arfak, Papua Barat, maka secara
               umum dosis anjuran adalah 75 kg Urea, 100 kg SP-36, dan 100 kg KCl per ha, yang diberikan seluruhnya pada
               saat tanam, 30% pada saat tanaman berumur 20 hari, dan 70% menjelang tanaman berbunga.  Namun demikian,
               sebaiknya  dosis  pupuk  disesuaikan  dengan  status  kesuburan  tanah  apabila  analisis  kesuburan  tanah  dapat
               dilakukan.

               Penyiraman

               Terutama pada musim kemarau, penyiraman pada tanaman kacang merah mungkin perlu dilakukan.  Sebaiknya
               tanaman mendapat perhatian lebih pada musim ini, apabila kondisi tanah terlalu kering, penyiraman dapat
               dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, kemudian setiap 2 hari.  Perhatikan agar penyiraman tidak
               menjadikan tanah di sekitar perakaran menjadi tergenang untuk mencegah pembusukan tanaman.  Adapun
               priode  kritis  tanaman  terhadap  air  adalah  periode  pertumbuhan  awal,  awal  berbunga,  pembentukan  dan
               pengisian polong, dan pematangan polong.

               Penyiangan

               Tanaman kacang merah tidak toleran terhadap persaingan dengan gulma.  Oleh karena itu, penyiangan perlu
               mendapat perhatian.  Frekuensi penyiangan disesuaikan dengan populasi gulma di lapangan, namun paling tidak
               dapat dilakukan 2 kali sepanjang pertumbuhan tanaman, yaitu pada umur 15 dan 25 hari setelah tanam.  Bekas
               gulma sebaiknya tidak dibuang, namun dikeringkan untuk kemudian digunakan sebagai pupuk hijauan.

               Pengendalian hama

               Hama  paling  sering  menyerang  tanaman  kacang  merah  adalah  kumbang  daun  (Henosa  pilachna  S.),  ulat
               penggerek daun (Etiella zinckenella dan Stmopteryx subsecivella), ulat penggulung daun (Lamprosema indicata),
               ulat jengkal (Plusia Chalcites), ulat grayak (Prodenia litura), wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), trips and
               aphids.  Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara mekanis, yaitu dengan menangkap dan membunuhnya,
               atau menggunakan pestisida organik yang dibuat dari campuran gerusan bawang putih, cabe rawit, jahe, jeruk
               nipis, dan daun sambiloto yang dilarutkan ke dalam air.  Sementara itu, di tempat penyimpanan pasca panen,
               hama lain yang dapat merusak kacang merah adalah Callosobruchus chinesis dan Callosobbruchus maculatus.
               Pastikan biji telah benar-benar kering dan bersih ketika hendak disimpan.

               Pengendalian penyakit

               Penyakit utama pada tanaman kacang merah meliputi layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), bercak daun
               (Cercospora sp.), penyakit karat (Puccinia arachidis), dan virus yang setidaknya memiliki 3 strain, yaitu AzMV
               (adzuki bean mosaicvirus), BICMV (blckeye cowpea masaic virus), dan AMV (alfafa mosaic virus) – Serangan virus
               dapat  menurunkan hasil hingga 43 %.   Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penanaman varietas
               tahan,  atau  secara  mekanis  dengan  mencabut  tanaman  sakit  dan  membakarnya.    Sebagai  informasi,  jika
               fungisida tersedia seperti di Pengunungan Arfak, Papua Barat, dan dana tersedia untuk membelinya, maka jenis
               benomil, mankozeb, bitertanol, karbendazim, dan klorotalonil (seperti Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsane,
               MX200, dan Daconil) dapat digunakan.



                                                                                                       48
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59