Page 58 - EBOOK_Teknik Budidaya Tanaman dan Produksi Ternak
P. 58

7.2.3.    Pemeliharaan

               Pemupukan

               Seperti tanaman kacang-kacangan kelompok leguminosa lainnya, tanaman kacang gude juga memiliki bintil akar
               mengandung rizhobium yang dapat menambat nitrogen dari udara – Potensi nitrogen yang dapat ditambat
               tanaman  ini  dapat  mencapai  atau  setara  dengan  pemberian  40  kg  Urea.   Meskipun  demikian,  upaya
               penambahan unsur hara melalui pemupukan masih tetap diperlukan.  Karena pupuk kimia, seperti Urea, SP-36,
               dan KCl, atau NPK tidak tersedia di Lembah Baliem, Papua berkenaan dengan kebijakan pemerintah daerah
               setempat,  maka  pupuk  kandang  matang  dari  kotoran  babi,  ayam,  atau  kelinci,  dan  pupuk hijauan  dari  sisa
               tanaman sebelumnya dan bekas gulma yang sudah dikeringkan dapat digunakan sebagai alternatip penyedia
               unsur hara tambahan.  Dosis yang dianjurkan adalah sekitar 1  – 2 kg per rumpun tanaman, yang diberikan
               minimal 3 kali selama pertumbuhan tanaman, yaitu pada saat tanam, setelah tanaman berumur 30 hari, dan
               menjelang tanaman berbunga.

               Sebagai informasi, jika pupuk kimia tersedia, seperti misalnya di Pegunungan Arfak, Papua Barat, maka secara
               umum dosis anjuran adalah 15 – 75 kg Urea, 20 – 100 kg SP-36, dan 20 – 100 kg KCl per ha, yang diberikan
               seluruhnya pada saat tanam, 30% pada saat tanaman berumur 30 hari, dan 70% menjelang tanaman berbunga.
               Namun demikian, sebaiknya dosis pupuk disesuaikan dengan status kesuburan tanah apabila analisis kesuburan
               tanah dapat dilakukan.

               Penyiraman

               Terutama pada musim kemarau, penyiraman pada tanaman kacang gude mungkin perlu dilakukan.  Sebaiknya
               tanaman mendapat perhatian lebih pada musim ini, apabila kondisi tanah terlalu kering, penyiraman dapat
               dilakukan minimal sekali dalam sehari, yaitu bisa pada pagi atau sore hari, kemudian setiap 2 hari.  Perhatikan
               agar penyiraman tidak menjadikan tanah di sekitar perakaran menjadi tergenang untuk mencegah pembusukan
               tanaman, terutama pada saat bibit baru ditanam.  Adapun priode kritis tanaman terhadap air adalah periode
               pertumbuhan awal, awal berbunga, pembentukan dan pengisian polong, dan pematangan polong.  Kekurangan
               air pada masa pembentukan dan pengisian polong dapat menyebabkan kehampaan biji, atau pembentukan biji
               yang tidak sempurna (biji lebih kecil atau kisut).

               Penyiangan

               Meskipun tanaman kacang gude relatip tahan terhadap persaingan dengan gulma, namun penyiangan tetap
               perlu dilakukan untuk menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum.  Frekuensi penyiangan
               disesuaikan  dengan  populasi  gulma  di  lapangan,  namun  paling  tidak  dapat  dilakukan  2  kali  sepanjang
               pertumbuhan tanaman, yaitu pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam.  Bekas gulma sebaiknya tidak dibuang,
               namun dikeringkan untuk kemudian digunakan sebagai pupuk hijauan.

               Pengendalian hama

               Hama utama tanaman kacang gude adalah kumbang daun (Henosa pilachna S.), ulat penggerek polong (Heliothis
               sp.,  Helicoverpa  sp.,  dan  Maruca  testulalis),  dan  lalat  buah  (Agromiza  sp.).    Pengendalian  hama  ini  dapat
               dilakukan secara mekanis, yaitu dengan menangkap dan membunuhnya, atau menggunakan pestisida organik
               yang  dibuat  dari  campuran  gerusan  bawang  putih,  cabe  rawit,  jahe,  jeruk  nipis,  dan  daun  sambiloto  yang
               dilarutkan ke dalam air.

               Pengendalian penyakit

               Meskipun tidak ada laporan mengenai penyakit yang menyerang tanaman kacang gude dengan kerusakan parah,
               namun penyakit umum yang menyerang tanaman kacang-kacangan kelompok leguminosa seperti layu bakteri
               (Pseudomonas  solanacearum),  bercak  daun  (Cercospora  sp.),  penyakit  karat  (Puccinia  arachidis),  dan  virus
               sebaiknya  tetap  diwaspadai.  Jika  ditemukan  tanaman  yang  memiliki  gejala  serangan  penyakit,  sebaiknya
               tanaman sakit tersebut segera dicabut dan dibakar.



                                                                                                       52
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63