Page 107 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 107
Pemanfaatan Modal | 87
tradisional pada umumnya sulit untuk menerima informasi serta
ajakan yang bersifat pembaruan. Untuk mengajak petani agar
lebih mudah mengikuti saran-saran yang diberikan perlu dibuat
lebih banyak plot percontohan yang melaksanakan seluruh kegiatan
usaha pertanian mulai dari teknik budidaya, penanganan pasca
panen hingga pemasaran produknya. Peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui alih teknologi juga dapat dikembangkan
melalui sistem kemitraan. Petani yang berperan sebagai plasma
dapat memperoleh pengetahuan serta pengalaman melalui binaan
yang dilakukan oleh perusaan agribisnis yang berperan sebagai inti.
Selain pengetahuan mengenai teknik budidaya, hubungan ini
petani memperoleh pelajaran yang sangat bermanfaat
mengenai perlunya pengendalian mutu produk. Sistem kemitraan
seperti ini telah dilakukan pula di beberapa negara, misalnya di
Malaysia melalui program FELDA yang terbukti memberikan hasil
yang baik bagi petani (Kasryno, 2000; 25-51).
e . T a h a p P a n e n d a n P a s c a P a n e n
1) Panen
Sekitar sepuluh hari sebelum panen, sawah harus
dikeringkan agar masaknya padi menjadi serentak dan akan
memudahkan petani saat melakukan panen. Panen harus
dilakukan pada saat yang tepat. Panen yang terlalu cepat
dapat mengakibatkan kualitas butir padi menjadi rendah,
yaitu banyak butir padi yang hijau atau berkapur. Bila ini
terjadi, bgabah akan mudah patah bila digilingkan.
Sebaliknya, panen yang terlambat akan menurunkan
produksi karena banyak gabah yang sudah dimakan burung
atau tikus. Cara panen dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan
menggunakan ketam dan menggunakan sabit bergerigi.
Panen dengan menggunakan ketam akan membutuhkan
waktu yang lama dan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak
sehingga tidak efektif. Penggunaan sabit akan mempercepat
panen dan tidak terlalu membutuhkan pekerja yang banyak.
Namun, bila menggunakan sabit akan dilanjutkan dengan
perontokkan. Perontokkan dilakukan dengan menggunakan
mesin yang berputar atau dengan memukul-mukulkan padi
ke alas yang terbuat dari papan. Agar tidak berserakan dan
terbuang, tempat perontokkan harus diberi alas (kebanyakan
petani menggunakan alas plastik terpal).