Page 147 - Layla Majnun
P. 147

ada di telapak tanganmu, sebagai seseorang yang bersedia darahnya
              untuk kau jual dengan harga berapapun.”
                     “Kau bilang bahwa aku adalah sang penjaga harta; benar, aku
              sudah dekat dengannya, namun pada saat bersamaan aku tak pernah ber-
              ada jauh darinya! Kunci yang akan kugunakan untuk membuka harta itu
              belum dibuat, besi yang akan digunakan untuk membuat kunci itu masih
              tertidur di bebatuan.”
                     “Aku adalah debu yang kau injak-injak, sementara kau adalah
              sumber mata air kehidupanku – tapi untuk siapa kau mengalir? Aku berbaring
              lemah di bawah kakimu tapi siapakah yang kau peluk di lenganmu?
              Aku bahkan bersedia menderita karenamu, namun siapakah yang sedang
              kau cumbu? Aku adalah budakmu dan bebanmu berada di atas bahuku,
              tapi bagaimana denganmu? Cincin siapakah yang kau kenakan di jarimu?
              Kau adalah Ka’bahku, yang kudoakan hanya dirimu, tapi apa arti diriku
              bagimu?
                     “Kaulah yang mampu mengobati diriku, tapi pada saat yang ber-
              samaan, kaulah sumber penyakitku! Kau adalah anggur di dalam cangkirku
              yang sebenarnya bukan milikku; kau adalah mahkota yang dibuat untukku,
              tapi justru berada di kening orang lain. Benar, kau adalah hartaku, namun
              kau berada di tangan sosok asing, untuk dinikmatinya, sementara aku ha-
              nyalah pengemis miskin yang terluka oleh ular yang menjagamu.
                     “Kau adalah surga bagiku. Namun tak dapat kutemukan kunci
              untuk membuka pintu gerbangnya di manapun. Di satu sisi kau adalah
              milikku, namun di sisi lain kau juga bukan milkku: kau adalah surga, tapi be-
              gitu jauhnya dirimu bahkan untuk menjangkaumu pun bagaikan berada
              di neraka dengan sejuta siksaannya. Pohon kehidupanku tumbuh di hutan
              jiwamu dan menjadi milikmu. Jika kau jatuhkan pohon itu maka sebagian
              dari dirimu akan jatuh dan mati. Aku adalah tanah yang berada di bawah
              kakimu, jika kau melangkah dengan penuh cinta, maka aku akan menjadi
              tanah yang subur di musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran
              untuk dapat kau nikmati. Jika kau menghentak-hentakkan kakimu maka
              aku akan menjadi debu-debu yang berterbangan yang akan menyelimuti
              serta membuatmu sulit bernapas.
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152