Page 143 - Layla Majnun
P. 143
“Aku telah melakukan apapun untuk berbagi kesedihanmu, hanya
satu hal yang tak kulakukan, aku tidak datang kepadamu, karena hal itu
sangat mustahil. Tapi apalah artinya? Seperti yang telah kukatakan, fisik
kita terpisah namun jiwa tetap satu, jiwaku selalu bersamamu sepanjang
waktu. Aku tahu betapa banyak kau telah menderita dan betapa hatimu
yang lemah lembut itu telah termakan habis oleh kesedihanmu, namun
hanya ada satu cara untuk keluar dari kesengsaraan ini untuk kita berdua,
yaitu bersabar dan menahan diri.”
“Benar sayangku, kita harus bersabar, menahan diri dan ber-
harap. Apalah sesungguhnya kehidupan? Kehidupan tak lebih dari sebuah
kisah, tangisan dan persinggahan singkat, dengan cepatnya berlalu saat
ia baru saja dimulai. Mereka-mereka yang baru tiba nyaris tak memiliki
waktu untuk membongkar muatan sebelum mereka akhirnya harus kembali
pergi. Orang bilang bahwa mata adalah jendela dari jiwa, dan hal itu benar
adanya! Namun seorang yang bijak takkan membiarkan orang lain untuk
melongok ke jendela itu, sayangku! Apakah kau ingin para musuhmu me-
nertawakan kesedihanmu dan mengolok-olok penderitaanmu? Takkan
pernah! Seorang bijak harus menyembunyikan kesedihannya agar orang
tidak menikmatinya, jika tidak maka yang terjadi ibarat tempayak yang
memakan dedaunan.”
“Jangan pikirkan benih-benih yang tersebar ke mana-mana, coba
saja pikirkan bagaimana nantinya mereka akan tumbuh. Hari ini jalanmu
mungkin terhalangi oleh duri dan bebatuan, namun esok hari kau akan me-
manen ara dan kurma dalam jumlah yang sangat banyak! Di mana ada
kuncup bunga hari ini, esok hari akan ada sekuntum mawar yang merekah.
Jangan lupakan hal ini!”
“Dan janganlah kau bersedih! Jangan biarkan hatimu mengeluar-
kan tangisan darah, dan jangan pernah berpikir bahwa kau sendirian dan
tanpa teman di dunia ini. Bukankah aku temanmu? Apakah kenyataan
bahwa aku ada di sini untukmu tak membantumu? Adalah hal yang salah,
kekasihku, untuk mengeluh bahwa kau sendirian. Ingatlah kepada Allah
yang menciptakan-Mu, ingatlah bahwa Allah adalah teman bagi mere-
ka-mereka yang tak punya teman.”