Page 141 - Layla Majnun
P. 141

Lalu ia mulai menulis untuk Majnun:
                     “Surat ini adalah surat dukacita, yang dikirimkan oleh jiwa yang
              dilanda kesedihan kepada sesamanya. Surat ini berasal dariku, seorang
              tawanan, untukmu, kau yang telah melepaskan diri dari rantai yang mem-
              belenggumu dan mendapatkan kebebasan. Kapankah semua itu terjadi,
              cintaku, saat aku mengikat diriku kepadamu? Berapa banyak hari tanpa
              jiwa, berapa malam yang berlalu dengan airmata telah berlalu sejak
              saat itu?”
                     “Bagaimana kabarmu, sayangku, dan bagaimana kau lalui hari-
              harimu? Ke manakah ke tujuh planet dan surga membimbingmu? Aku tahu
              kalau kau masih menjaga erat jalinan cinta kita dan kurasakan dihatiku
              bahwa cinta mendapatkan keagungannya hanya darimu. Aku tahu bahwa
              darahmu membuat merah bumi ini saat matahari terbit dan terbenam,
              namun kau hidup jauh di pegunungan bagaikan permata yang terjebak
              dalam bebatuan. Dalam kegelapan kau adalah sumber mata air Khizr, kau
              adalah sumber kehidupan itu sendiri. Kau adalah ngengat yang mengelilingi
              cahaya keabadian; kau telah menggerakkan lautan eksistensi kehidupan,
              meskipun begitu kau justru memalingkan dirimu dari badai dan bersembunyi
              di makam kesendirianmu, dengan beberapa hewan liar yang menemanimu.
              Semua lidah terjulur ke arahmu, mengirimkan panah-panah penuh cemooh
              ke arah jantungmu, tapi apa pedulimu? Kau telah memantapkan langkah-
              mu menuju keabadian; bahkan kini, karavanmu berjalan menuju alam
              baka.”
                     “Aku tahu betapa besar pengorbananmu; aku tahu bahwa kaulah
              yang telah membakar ladang jagungmu sendiri. Kau mendedikasikan
              hatimu untukku dan meletakkan jiwamu atas bantuanku, dan dengan
              demikian kau menjadikan dirimu sebagai sasaran gosip serta fitnah. Tapi
              semua itu hanyalah konsekuensi kecil; kita berdua sama-sama tak peduli
              dengan apa yang dipikirkan serta dikatakan orang. Apapun yang mereka
              lakukan atau katakan tentang kita, akan kita hadapi bersama: setidaknya
              aku bisa bergantung pada kesetiaanmu, dan begitupun engkau kepadaku.
              Andai saja aku mengetahui apa yang kau pikirkan dan apa yang kau rasa-
              kan! Andai saja aku dapat melihatmu dan mengetahui apa yang sedang kau
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146