Page 11 - Sinar Tani Edisi 4104
P. 11

A GRI W ACA N A                                                Edisi 24 - 30 September 2025  |  No. 4104 Tahun LVI                      11

                              Program Makan Bergizi Gratis:



                                 Ambisi Besar, Ujian Nyata





                                              pun ikut terpangkas. Di tengah       sekolah melaporkan peningkatan       paransi anggaran secara real­time. Di
                                              beban fiskal negara yang kian        kehadiran siswa setelah adanya       saat yang sama, sekolah sebaiknya
                                              berat, kekhawatiran muncul bahwa     makan siang gratis. Anak­anak yang   menjadikan    program   ini  bukan
                                              program ini bisa menjadi beban       sebelumnya sering absen kini lebih   sekadar pembagian makanan, tetapi
                                              jangka panjang bagi APBN.            rajin masuk kelas. Bukti kecil ini   juga sarana edukasi gizi seperti
                                                 Masalah lain datang dari urusan   menunjukkan bahwa meskipun jauh      yang sudah lama diterapkan Jepang
                        Oleh :                logistik. Indonesia adalah negara    dari sempurna, program tetap punya   melalui konsep Shokuiku.
               Aki Dudi, Pangebon Kelor       kepulauan dengan ribuan pulau        potensi membawa dampak positif.         Pada    akhirnya,  keberhasilan
                                              dan    kondisi  infrastruktur  yang     Agar program ini tidak terjebak   MBG tidak bisa diukur hanya dari
                                              tidak merata. Di sejumlah daerah,    dalam    lingkaran  masalah   yang   berapa banyak porsi makanan yang
                    ada awal 2025, peme­      distribusi makanan sering terlambat.   sama, sejumlah ahli menyarankan    dibagikan. Yang lebih penting adalah
                    rintah  Indonesia  me­    Anak­anak sekolah bahkan sempat      perubahan    pendekatan.    Desen­   bagaimana  program  ini  mampu
                    luncur kan sebuah pro­    menunggu lama hanya untuk men­       tralisasi  menjadi  kunci:  pemerintah   menghadirkan  gizi   seimbang,
                    gram ambisius ber nama    dapatkan jatah makan siang. Apa yang   daerah, sekolah, dan petani lokal   makanan yang aman, keterlibatan
                    Makan    Bergizi  Gratis  di atas kertas terlihat rapi, di lapang an   perlu  lebih  diberdayakan  agar  komu nitas,  serta  dampak  ekonomi
       P(MBG).                Program    ini  berubah menjadi kerumitan.           makanan sesuai dengan budaya         yang berkelanjutan. Jika semua itu
          digadang­gadang sebagai jawaban        Kualitas makanan juga menjadi     dan selera setempat. Teknologi juga   tercapai,  program  ini  bisa  benar­
          atas masalah gizi kronis bangsa—    bahan perbincangan. Banyak siswa     bisa dimanfaatkan untuk memantau     benar   menjadi    investasi  besar
          dari stunting, malnutrisi, hingga   mengeluh soal menu yang hambar       distri busi, kualitas, sekaligus trans­  menuju Indonesia Emas 2045.
          rendahnya kualitas sumber daya      dan monoton. Lebih serius lagi,
          manusia. Targetnya luar biasa: dalam   sejumlah kasus keracunan massal
          lima tahun, 83 juta anak sekolah,   mencoreng    wajah   program    ini.
          balita, ibu hamil, dan menyusui akan   Ribuan anak di beberapa daerah
          menjadi penerima manfaat.           dilaporkan sakit setelah mengon­
            Namun, setelah  beberapa bulan    sumsi makanan yang seharus nya
          berjalan, jalan program ini ternyata   menyehatkan. Keper cayaan publik
          tidak semulus harapan. Sejumlah     pun goyah, bahkan sebagian orang
          persoalan mulai mengemuka, mem­     tua mulai khawatir anak mereka ikut
          perlihatkan jurang yang cukup lebar   menjadi korban.
          antara visi besar dan realitas di      Di sisi lain, persoalan food waste
          lapangan.                           tak kalah mencolok. Tidak sedikit
            Salah satu sorotan tajam muncul   makanan berakhir di tempat sampah
          dari soal anggaran. Jika awalnya    karena tak sesuai selera penerima.
          pemerintah    menjanjikan    Rp15   Penggunaan plastik sekali pakai
          ribu untuk setiap porsi makanan,    semakin    memperparah     dampak
          belakangan jumlah itu dipangkas     lingkungan. Alih­alih menjadi solusi
          menjadi  Rp10  ribu.  Dampaknya     kesehatan,   program    ini  justru
          langsung terasa pada menu yang      menimbulkan masalah baru.
          disajikan: porsi semakin kecil, variasi   Namun, bukan berarti program
          berkurang, dan kandungan gizi       MBG tanpa sisi terang. Beberapa


                 Agar Jangan Hanya Menanam                                                                        Kolom






                     ejak  zaman    Kolonial  sarana produksi, dan lemah dalam     Indonesia adalah lebih dari 50% dan   Oleh:  Memed Gunawan
                     negeri ini  menjadi pe­  pengolahan hasil dan pemasaran?      terus diupayakan untuk ditingkatkan.
                     masok    bahan    baku      Jumlah perusahaan benih di        Data tahun 2021 menunjukkan petani
                     berupa    hasil   per­   Indonesia tidak spesifik disebutkan   Indonesia hanya memakai sekitar
                     kebunan,   karet,  teh,  tapi   Asosiasi  Benih   Indonesia   13% benih bermutu. Benih bermutu     menguntungkan dengan tingkat
         Skina, kopi, rempah dan              (Asbenindo) memiliki 72 perusahaan   bersertifikat, cenderung lebih mahal   pengembalian   investasi  antara
          banyak   lagi  ke   negara­negara   anggota    yang   terdaftar,  yang   dan sulit diakses oleh petani kecil   30%   hingga   75%.  Penyuluhan
          Eropa untuk diolah menjadi produk   meliputi     perusahaan     swasta   karena diimpor atau karena proses    yang   efektif  diperlukan  untuk
          berkualitas dengan margin tinggi.   nasional, BUMN, dan multinasional,   perbanyakannya yang rumit. Khusus    meningkatkan pengetahuan petani
          Sampai saat ini produk olahan di    yang mungkin dapat memberikan        kebutuhan benih padi bersertifikat   tentang pentingnya benih unggul
          sektor hulu dan hilir masih banyak   gambaran  tentang jumlah  pelaku    di Indonesia diperkirakan mencapai   bersertifikat, sehingga mendorong
          dikuasai oleh negara­negara maju.   di   industri   benih.   Masyarakat   sekitar  300.000  ton  per  tahun   penggunaannya     dalam    praktik
             Negara­negara maju menguasai     Perbenihan dan Perbibitan Indonesia   untuk sekitar 12 juta hektar sawah.     pertanian mereka.
          pertanian di hulu (benih, pupuk,    (MPPI) menghimpun pelaku usaha,      Kapasitas pabrik benih padi nasional    Pengembangan      sektor   hilir
          pestisida) dan di hilir (pengolahan   pemerintah, dan lembaga penelitian   sudah  bisa  mencukupi   hampir    pertanian juga menjadi prioritas
          dan distribusi). Perusahaan multi­  di sektor perbenihan dan perbibitan   setengah dari kebutuhan tersebut.   karena  margin  terbesar  ada  di
          nasional     seperti    Monsanto,   untuk    memperkuat      kolaborasi     Tidak diragukan pengembangan      bidang pengolahan dan distribusi.
          DuPont, Pioneer, Syngenta, Groupe   antar    pemangku     kepentingan    industri pendukung di sektor hulu    Teknologi   bukan   lagi  menjadi
          Limagrain, Land O’ Lakes, Bayer     guna    mewujudkan     kemandirian   seperti perbenihan dan industri      kendala karena bisa dibeli, tetapi agar
          Crop Science, Sakata Seed Sakata,   perbenihan nasional, meningkatkan    sarana  produksi  lainnya  merupakan   sektor swasta lebih aktif berinvestasi
          Takii  Seed,   DLF­Trifolium  DLF   ketahanan pangan, serta mendorong    faktor   kunci   untuk   mencapai    dalam inovasi pertanian, perlu
          Groupe adalah perusahaan raksasa    adopsi teknologi dan inovasi dalam   produktivitas  dan   kualitas  hasil  ada dukungan finansial, fasilitasi
          yang menguasai pertanian di hulu    produksi benih dan bibit.            panen yang tinggi, serta efisiensi   informasi pemasaran dan kebijakan
          dan di hilir.                          Persentase  petani yang  meng­    usahatani secara keseluruhan. Upaya   yang melindungi hak kekayaan
             Lalu bagaimana agar kita tidak   gunakan benih unggul bersertifikat   ini harus didukung oleh penelitian   intelektual  tanpa   menghalangi
          hanya menjadi kuli tanam, yang      bervariasi  menurut  data  dan  jenis   yang  konsisten  karena  terbukti  petani  kecil  untuk  mengakses
          mengalami  ketergantungan  dalam    komoditas, namun target pemerintah   investasi di bidang penelitian sangat   teknologi baru.
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16