Page 12 - Sinar Tani Edisi 4104
P. 12
12 Edisi 24 - 30 September 2025 | No. 4104 Tahun LVI
Sugeng Wahyudi
Catatan Seorang Peternak
Sugeng Wahyudi hadirkan buku ‘Catatan Harian
Seorang Peternak 2015–2025’, membuka tabir
suka duka, harga ayam fluktuatif, dan perjuangan
peternak rakyat. Buku ini merekam refleksi dan
pengalaman jatuh bangun peternak rakyat selama
satu dekade terakhir, sekaligus menjadi cermin
perjuangan mereka menghadapi dinamika
industri ayam dan telur nasional. dokumentasi perjalanan peternak, harga, kesulitan akses DOC dan
tetapi juga memantik semangat
pakan, serta per saingan dengan
untuk memperbaiki masa depan perusahaan inte grator besar.
unia perunggasan nonteknis. Catatan teknis memuat industri perunggasan nasional. Lebih lanjut, Sarkawi menyoroti
rakyat di Indonesia pengalaman tentang manajemen Apresiasi juga datang dari program Makan Bergizi Gratis
memiliki kisah pan kandang, sarana produksi, hingga Direktur Jenderal Peternakan (MBG) sebagai peluang besar bagi
jang yang jarang infrastruktur peternakan. dan Kesehatan Hewan, Agung peternak kecil. Dengan target 92,6
terekspos ke publik. Sedangkan catatan nonteknis Suganda yang menilai buku Sugeng juta penerima, pasar ayam dan telur
DUntuk itu, Sugeng menyoroti persoalan struktural, sebagai catatan penting perjalanan akan terbuka luas. “Yang harus kita
Wahyudi, seorang peternak mandiri seperti validitas data, kebijakan harga, perunggasan rakyat dalam satu perjuangkan, jangan sampai pasar
sekaligus Sekjen Gabungan Organi dan pentingnya peran koperasi dekade terakhir. MBG ini hanya dikuasai integrator
sasi Peternak Ayam Nasional serta asosiasi peternak. “Asosiasi itu “Selamat untuk Pak Sugeng atas besar. Peternak rakyat harus menjadi
(GOPAN), meluncurkan buku ber penting, karena di sana ada ruang peluncuran bukunya. Semoga buku bagian dari rantai pasoknya,” tegas
judul Catatan Harian Seorang diskusi, akumulasi pemahaman, dan ini bisa memberikan warna dan nya.
Peternak 2015–2025 pada Rabu upaya menyamakan persepsi untuk perbaikan bagi kita semua. Setiap Buku setebal 106 halaman ini
(17/9) di ICE BSD. mencapai tujuan bersama,” tegas kebijakan yang kami ambil selalu dinilai penting tidak hanya bagi
Sugeng menjelaskan, ide Sugeng. mendengar masukan peternak, dan peternak, tetapi juga generasi muda
penulisan buku ini lahir dari Sugeng juga menekankan buku ini menjadi salah satu refleksi yang ingin belajar tentang jatuh
keresahan seorang peternak perlunya kehadiran negara, terutama berharga,” ujarnya. bangun industri perunggasan.
kecil yang kerap menghadapi BUMN seperti Berdikari, sebagai Agung menambahkan, kolaborasi “Dengan membaca buku ini, kita
persoalan klasik, mulai dari stabilisator harga sekaligus offtaker antara pemerintah, pelaku usaha, tidak perlu mengalami sendiri
ketidakseimbangan suplai dan produk peternakan. “BUMN jangan dan peternak rakyat menjadi kunci kesulitan yang dialami peternak.
permintaan, fluktuasi harga ayam, hanya jadi penonton. Negara harus untuk menjaga harga ayam tetap Pengalaman panjang Pak Sugeng
hingga lemahnya perlindungan hadir untuk memastikan peternak stabil. sudah bisa jadi pelajaran berharga,”
bagi peternak rakyat. kecil tidak tersisih,” jelasnya. Tidak kalah penting, Mohamad pungkas Sarkawi.
“Buku ini bukan sekadar catatan Ia berharap pemerintah lebih adil Sarkawi, mantan Ketua Komisi Peluncuran buku ini sekaligus
pribadi, tetapi hasil interaksi, dalam memperhatikan peternak Pengawas Persaingan Usaha menjadi momentum bagi peternak
diskusi, dan pengalaman bersama rakyat, termasuk menjalankan (KPPU), menilai buku ini sebagai rakyat untuk menyuarakan aspirasi,
komunitas. Harapannya, apa yang kebijakan kompensasi 50:50 antara refleksi panjang tentang perjuangan menyoroti ketimpangan industri,
saya tulis bisa menjadi pelajaran perusahaan besar dan peternak peternak rakyat menghadapi dan mempromosikan kerjasama
sekaligus refleksi bagi kita semua,” mandiri. “Silakan yang besar tetap dinamika industri perunggasan. yang adil antarsemua pihak.
ujar Sugeng saat sambutan. membesar, tapi yang kecil jangan “Menulis itu pekerjaan sulit, apalagi Sugeng Wahyudi melalui karyanya
Menurut Sugeng, perjalanan sampai mati. Kesejahteraan harus bagi seorang peternak yang setiap membuktikan bahwa pengalaman
peternak rakyat telah melewati kita nikmati bersama,” tambahnya. hari sibuk di kandang. Apa yang pribadi dapat diubah menjadi
berbagai fase. Mulai dari era 1970– dilakukan Pak Sugeng ini luar pembelajaran kolektif yang
1980 ketika pemerintah membatasi Apresiasi dari berbagai pihak biasa dan patut diapresiasi,” bermanfaat bagi seluruh
jumlah pemeliharaan ayam, Ketua GOPAN, Herry Dermawan, katanya. ekosistem perunggasan di
hingga era liberalisasi industri menyebut karya Sugeng sebagai Sarkawi menekankan Indonesia. Gsh
yang membuka akses bagi semua inspirasi sekaligus pengingat bagi pentingnya efisiensi
pelaku usaha. Namun, kondisi saat generasi muda perunggasan. dalam produksi ayam
ini justru menghadirkan tantangan “Menulis buku itu tidak gampang. agar peternak rakyat bisa
baru berupa kepemilikan yang Saya lebih sanggup bicara lima jam bertahan di tengah fluktuasi
semakin timpang dan persaingan daripada menulis dua lembar. Jadi
yang tidak sehat. ini karya luar biasa,” ujar Herry sambil
Buku ini terbagi menjadi dua bercanda. Karenanya, Ia berharap
bagian besar: catatan teknis dan buku ini tidak hanya menjadi

