Page 115 - Perspektif Agraria Kritis
P. 115

Perspektif Agraria Kritis



              tidak terbatas pada land reform semata, namun juga mencakup
              tenancy reform, labour reform dan bahkan business reform atas
              berbagai  skema  kemitraan  yang  melibatkan  petani  dengan
              para  pelaku  bisnis  lain  (inti-plasma,  contract  farming,
              sertifikasi organik, sertifikasi fair trade, dan lain-lain).

                     Sasaran  yang  hendak  dicapai  oleh  reforma  agraria
              dalam arti yang luas ini adalah suatu pembaruan menyeluruh
              yang diarahkan untuk memulihkan krisis agraria dan ekologi
              sekaligus.  Hal  ini  bertolak  dari  pemahaman  dasar  bahwa
              “fungsi sosial” tanah yang ditegaskan dalam UU Pokok Agraria
              (UUPA)  tidak  hanya  mengandung  pengertian  “fungsi
              keadilan”  untuk  menjawab  krisis  agraria,  namun  mencakup
              pula pengertian “fungsi keberlanjutan” untuk mengatasi krisis
              ekologi.  Oleh  karena  itu,  pemberian  hak  atas  tanah  harus
              dapat  menguatkan  kedua  fungsi  ini  sekaligus.  Hal  ini
              menghendaki suatu pembaruan yang terpadu atas aspek tata
              kuasa, tata guna dan tata produksi sebagai  sebuah kesatuan
              terpadu dalam rancang bangun pelaksanaan reforma agraria
              yang komprehensif.


              SINERGI LINTAS SEKTOR

                     Dengan  demikian,  kerangka  implementasi  reforma
              agraria  yang  utuh  tidak  boleh  disekat-sekat  oleh  batasan
              sektoralisme  hukum  dan  kelembagaan,  seperti  kebiasaan  di
              lingkungan birokrasi pemerintah maupun dalam kebanyakan
              praktik  pembangunan  selama  ini.  Sebaliknya,  perluasan
              kerangka  konseptual  ini  secara  praktis  menuntut  sinergi
              lintas-sektor, baik menyangkut sumber-sumber agraria yang
              menjadi objek kebijakannya (misal: harus mencakup tanah di
              sektor  pertanahan  dan  kehutanan)  maupun  jangkauan  dan
              level  intervensinya  (baca:  harus  terintegrasi  hulu-hilir  dan
              pusat-daerah dengan keterlibatan banyak pihak).





                                          50
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120