Page 149 - Perspektif Agraria Kritis
P. 149

Perspektif Agraria Kritis



              PEMBARUAN TATA PENGURUSAN AGRARIA DESA

                     Desa  inklusif  agraria  adalah  satu  corak  pemerintahan
              desa yang ditandai dengan  penyelenggaraan tata pengurusan
              sumber-sumber agraria di desa (SSAD) yang demokratis dan
              inklusif. Hal ini ditentukan oleh empat parameter berikut:
              1.  relasi negara-desa yang demokratis dalam tata pengurusan
                  SSAD;
              2. relasi  intra-  maupun  antar-desa  yang  demokratis  dalam
                  tata pengurusan SSAD;
              3. jaminan manfaat ekonomi dari SSAD yang inklusif; dan
              4. jaminan manfaat politik dari SSAD yang inklusif.
                     Empat parameter ini secara bersama-sama membentuk
              matriks kerangka pembaruan tata pengurusan SSAD. Secara
              bersama,  parameter  (1)  dan  (2)  membentuk  aksis  y  dalam
              matriks ini, sedangkan parameter (3) dan (4) membentuk aksis
              x. Persinggungan dua aksis ini menghasilkan empat buah sel.
              Sel A mencerminkan demokratisasi relasi negara-desa melalui
              jaminan manfaat ekonomi dari SSAD yang inklusif. Jaminan
              manfaat  dari  SSAD  yang  inklusif  secara  ekonomi  ini  tidak
              cukup  dijamin  hanya  dalam  konteks  relasi  negara-desa
              semata, melainkan harus menjangkau hingga ke relasi-relasi
              antar-warga  desa (sel B). Namun, jaminan inklusivitas pada
              aspek manfaat ekonomi semata juga tidak memadai. Karena
              itu,  manfaat dari SSAD yang inklusif  ini  juga harus  dijamin
              pada aspek politik, baik hal itu menyangkut relasi negara-desa
              (sel  C)  maupun  lebih  dalam  lagi  menyangkut  relasi-relasi
              antar-warga desa (sel D).
                     Secara  berturut-turut,  pengembangan  desa  inklusif
              agraria pada sel A menuntut pelaksanaan kebijakan devolusi
              dan  (re)distribusi  vertikal,  pada  sel  B  menuntut  kebijakan
              (re)distribusi horisontal, pada sel C kebijakan rekognisi, dan
              pada  sel  D  kebijakan  representasi  atau  partisipasi.  Hal  ini
              dapat digambarkan dalam bentuk matriks di bawah ini.


                                          84
   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154