Page 16 - PATU2025_EBOOK_PUYUHPETELUR_4_
P. 16
Puyuh Petelur
Coturnix Coturnix Japonica
III
BUDIDAYA PUYUH PETELUR
3.1 Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan
Budidaya puyuh petelur (Coturnix japonica domestica) merupakan usaha
peternakan unggas yang memiliki peran penting secara global, menyumbang sekitar 10%
dari total produksi telur dunia dan 0,2% dari produksi daging unggas (Lukanov, 2019).
Untuk menghasilkan produksi telur yang optimal, ada beberapa tahapan yang perlu
diperhatikan mulai dari pemilihan bibit hingga perawatan pada setiap fase
pertumbuhannya.
Pemilihan bibit yang berkualitas menjadi langkah awal yang penting dalam
budidaya puyuh petelur. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah genetik,
kesehatan, dan sumber bibit. Pilihlah bibit dari jenis yang dikembangkan khusus untuk
produksi telur, seperti varietas Autumn yang dikenal baik untuk tujuan tersebut (Ralahalu
et al., 2022). Pastikan memilih bibit yang aktif, memiliki ventral bersih, mata cerah, dan
ukuran tubuh yang seragam. Hindari bibit yang memiliki kelainan bentuk tubuh atau
tanda-tanda penyakit. Selain itu, pastikan bibit diperoleh dari hatchery atau peternakan
yang terpercaya dan bersertifikat untuk menghindari risiko bibit yang terjangkit penyakit
(Nasar et al., 2016).
Pemeliharaan puyuh petelur terbagi menjadi tiga fase yang masing-masing
memerlukan perhatian khusus. Fase pertama adalah fase pemeliharaan anakan atau
brooding yang berlangsung sejak hari pertama hingga 2 minggu. Pada fase ini,
pemeliharaan harus dilakukan dalam lingkungan yang terkendali. Suhu di minggu
pertama harus berada pada rentang 35–38°C, kemudian diturunkan sedikit demi sedikit
hingga minggu ketiga yang berada pada suhu 28–32°C untuk menghindari stres termal
yang dapat mengganggu pertumbuhan (Khazaei et al., 2021). Pemberian pakan pada fase
ini harus berupa pakan starter dengan kandungan protein 24–28% untuk mendukung
pertumbuhan optimal, dan diberikan secara ad libitum.
Pada fase kedua, yakni fase pertumbuhan (minggu ke-3 hingga ke-6), puyuh mulai
dipersiapkan untuk produksi telur. Pemberian ruang juga perlu ditambah, menjadi sekitar
150–200 cm² per ekor untuk mengurangi agresi antar-binatang. Pakan pada fase ini harus
mengandung protein 18–20% dengan penambahan kalsium 2,5–3% untuk perkembangan
11

