Page 19 - PATU2025_EBOOK_PUYUHPETELUR_4_
P. 19

Puyuh Petelur
                  Coturnix Coturnix Japonica


                  terbukti  dapat  meningkatkan  konsumsi  pakan  dan  kinerja  produksi  telur  pada  puyuh
                  petelur (TraYvesBénarèceDJE et al., 2023). Selain itu, puyuh harus memiliki akses bebas

                  (ad libitum) terhadap pakan dan air bersih untuk memaksimalkan konsumsi dan produksi.
                  Pemberian pakan yang optimal juga dapat meningkatkan rasio konversi pakan (FCR),

                  yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi per unit produksi telur. Suplementasi dengan bahan

                  tambahan seperti ekstrak daun noni telah terbukti dapat meningkatkan FCR (Hasanuddin
                  et  al.,  2023).  Dengan  manajemen  ransum  yang  tepat,  budidaya  puyuh  petelur  dapat

                  menghasilkan produktivitas telur yang optimal dan kualitas telur yang baik.


                  3.3    Pengendalian Penyakit

                          Budidaya  puyuh  petelur  (Coturnix  japonica)  memerlukan  manajemen  yang
                  cermat  untuk  mengoptimalkan  produktivitas  dan  meminimalkan  risiko  penyakit.

                  Penyakit-penyakit  umum  yang  dapat  terjadi  pada  peternakan  puyuh  petelur  bisa
                  berdampak  signifikan  terhadap  kesehatan  dan  produksi  telur,  sehingga  pemahaman

                  tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit ini sangat penting. Salah satu penyakit

                  yang sering ditemukan pada puyuh adalah Penyakit Marek, yang disebabkan oleh virus
                  herpes (Mardivirus gallidalpha 2) dan dapat menyebabkan kematian yang tinggi, diare,

                  penurunan berat badan, konjungtivitis, serta lesi tumor pada organ seperti hati, limpa, dan
                  mata.  Infeksi  sekunder  dari  bakteri  seperti  Proteus  mirabilis,  Klebsiella  pneumoniae,

                  Clostridium spp., dan coccidia sering kali memperburuk kondisi ini (Klostermann et al.,
                  2024).  Selain  itu,  prolaps  kloaka  juga  dapat  terjadi  pada  puyuh  muda  (sekitar  usia  9

                  minggu), di mana jaringan kloaka menonjol keluar. Kondisi ini dapat disebabkan oleh

                  gangguan reproduksi, masalah pada sistem pencernaan, nutrisi yang buruk, atau stres
                  manajemen (Qasim et al., 2012). Gangguan gastrointestinal seperti perubahan patologis

                  pada  usus  dan  proventrikulus  juga  sering  ditemukan,  yang  dapat  mengurangi
                  produktivitas  dan  meningkatkan  angka  kematian  pada  puyuh  (Monte  et  al.,  2015).

                  Penyakit  reproduksi,  seperti  gangguan  hormonal  atau  infeksi,  dapat  menyebabkan
                  terhentinya produksi telur atau gangguan pada siklus bertelur (Petritz et al., 2015).

                         Untuk pencegahan penyakit-penyakit tersebut, penerapan manajemen peternakan

                  yang baik sangat penting. Salah satu strategi yang efektif adalah sistem All-in/All-out, di
                  mana  kelompok  puyuh  dengan  usia  yang  berbeda  tidak  dicampur,  dan  kebersihan

                  kandang dilakukan secara menyeluruh antara batch. Selain itu, sanitasi yang rutin pada





                                                           14
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24