Page 6 - BUKU AJAR PERKAWINAN DALAM ISLAM DAN HIKMAHNYA_Neat
P. 6

Meminang  sebagai  langkah  awal  sebelum  berlangsungnya  pernikahan.  Meminang
                    dimaksudkan agar sebelum adanya ikatan akad nikah dilangsungkan, kedua belah pihak dapat
                    saling  mengenal  sehingga  maju  ke  jenjang  pernikahan  didasarkan  atas  pengetahuan  dan
                    penilaian yang jelas. Islam membimbing agar dalam memilih calon istri yang memiliki kriteria
                    sifat-sifat  tertentu  dan  sifat-sifat  tertentu  itu  menjadi  pusat  perhatiannya,  yakni  beragama
                                                           21
                    (baca:  Islam)  dan  berakhlak  yang  baik.   Begitu  juga  bagi  calon  istri  dan  keluarganya  agar
                    mengutamakan  pemuda  atau  calon  suami  yang  memiliki  dua  sifat  itu.  Tentunya  diharapkan
                    apabila  terjadi  pernikahan  diantara  keduanya  agar  keduanya  dapat  mengarungi  bahtera
                    kehidupan  rumah  tangga  yang  harmonis,  damai  dan  kekal  sebagaimana  diantara  maksud
                    kandungan dari QS. Ar-Ruum (30) : 21, yaitu kehidupan yang sakinah, mawaddah wa rahmah,
                    kehidupan yang tenang, penuh dengan rahmat, kasih dan sayang.

                    Kriteria Wanita yang Dipinang

                    Kriteria dari sifat-sifat terpinang atau wanita sebagai calon istri yang perlu diperhatikan bagi
                                              22
                    peminang atau calon suami,  diantaranya adalah :
                    1.  Calon suami hendaklah memilih wanita yang ahli agama dan berakhlak mulia, sebagaimana
                       Hadits  Nabi  SAW,  ”Fadhfar  bidzati  ad-dzinni  taribat  yadaa  ka”,  ”Pilihlah  wanita  yang
                       beragama, maka kamu akan memperoleh keberkahan”.
                    2.  Rasulullah  SAW  menganjurkan  menikahi  seorang  wanita  yang  penuh  kasih  sayang  dan
                       subur atau mampu memberi keturunan anak yang banyak.
                    3.  Sebaiknya  calon  suami  menikahi  wanita  yang  sudah  jauh  hubungan  nasab  dan
                       keturunannya. Pernikahan dengan kerabat akan dapat menghasilkan keturunan yang lemah
                       dan  turunnya  semangat  bersenang  senang.  Sedangkan  wanita  yang  jauh  dari  kerabat,
                                                                                           23
                       kecintaan semakin bertambah dan menghasilkan keturunan yang kuat.
                    4.  Sebagian fuqaha menilai baik jika usia pasangan istri di bawah usia suami, agar tidak cepat
                       mandul dan tidak punya anak. Begitu juga dalam hal harta dan keturunan, istri sebaiknya di
                       bawah suami. Sedangkan dalam segi akhlak, budi perkerti,wara’ (menjaga hal yang haram)
                       dan kecantikannya hendaknya di atas suami.


                    Hukum Khitbah

                                                                    24
                    Meminang hukum asalnya adalah boleh (mubah).  Sedangkan melihat  perempuan  yang  akan
                    dinikahi  hukumnya  sunnah.   Meminang  calon  istri  merupakan  pendahuluan  pernikahan.
                                                25
                    Sedangkan  melihatnya  adalah  gambaran  awal  untuk  mengetahui  penampilan  dan
                    kecantikannya, sehingga pada akhirnya akan terwujud keluarga yang bahagia.

                    Firman Allah  yang dijadikan dasar adanya pensyari’atan khitbah diantaranya adalah  QS. Al-
                    Baqarah  (2)  :  235,  artinya  :  “  dan  tidak  ada  dosa  bagi  kamu  meminang  wanita-wanita  itu
                    dengan  sindiran  atau  kamu  menyembunyikan  (keinginan  mengawini  mereka)  dalam
                              26
                    hatimu….”




               21  Abdul Azis Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Op. Cit., Halaman 25.
               22  Abdul Azis Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Loc. Cit.,  Halaman 25-27.
               23 Abdul Azis Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Ibid., halaman 26, lihat juga Nizham Al-Usrah fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyah,
               halaman 6 dan 7.
               24  Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, Pendidikan Agama Islam, Fiqih Madrasah Aliyah kelas XI, PT. KaryaToha Putra Semarang, 2011).
               Halaman 67.
               25  Direktorat KSKK Madrasah, Op. Cit., Halaman 94.
               26  Departemen Agama RI, Al ‘Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV Penerbit Diponegoro, Bandung, Cetakan kelima, 2005, halaman 30.
                                                                                                              6
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11