Page 7 - BUKU AJAR PERKAWINAN DALAM ISLAM DAN HIKMAHNYA_Neat
P. 7
Wanita-Wanita yang Boleh Dipinang
Syari’at menentukan boleh tidaknya seseorang meminang, setidaknya terdapat tiga keadaan
wanita yang boleh di pinang. Pertama adalah wanita yang bukan istri orang lain, kedua, wanita
yang tidak sedang dalam masa iddah, dan ketiga, wanita yang belum dipinang atau tidak
27
sedang dalam pinangan orang lain. Seorang laki-laki dilarang meminang dengan ucapan yang
terang atau jelas kepada wanita yang masih dalam iddah (masa menunggu), baik iddah karena
28
kematian, talak (cerai), atau fasakh (baca: putusnya pernikahan atas keputusan hakim).
Disebutkan dalam Fathul Qarib, tidak boleh melamar wanita yang sedang menjalankan iddah
wafat, talak ba’in dan talak roj’i dengan bahasa sharih (terang-terangan), jika wanita yang
sedang iddah namun bukan iddah talak raj’i, maka diperbolehkan melamarnya dengan ta’ridhl
29
(bahasa sindiran).
Cara Khitbah
Ada dua cara melakukan khitbah (pinangan), yaitu cara sharih (terang-terangan) dan kinayah
(sindiran). Meminang dengan cara sharih yaitu pinangan kepada perempuan yang masih gadis
dan kepada janda yang telah habis masa ’iddah-nya. Sedangkan meminang dengan cara
kinayah (sindiran) yaitu pinangan yang ditujukan kepada perempuan janda yang masih dalam
masa ’iddah karena kematian suaminya atau dalam keadaan talak ba’in kubra (tiga kali
30
cerai), sebagaimana QS. Al-Baqarah (2) : 235,
Artinya : “dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu[148] dengan
sindiran[149] atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan
(kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf[150]. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati)
untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa
31
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”
Hikmah Khitbah
Pensyari’atan nikah menempati kedudukan yang tinggi dan termasuk transaksi yang mulya,
karena hal ini terjadi pada makhluk manusia di bumi ini, karena manusia masuk makhluk yang
dimuliakan Allah SWT sebagaimana dalam QS. Al-Isra’ (17) : 70, artinya : ”Dan
Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
32
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Khitbah sebagai sarana yang mengawali adanya akad nikah sehingga terjadi hukum pernikahan
yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi pelakunya suami – istri yang berlaku sepanjang
masa dari dunia ini sampai ke alam akherat yang bersifat kekal abadi. Oleh karena itu
27 Direktorat KSKK Madrasah, Op. Cit.,. Halaman 94.
28 Direktorat KSKK Madrasah, Ibid., Halaman 126-127.
29 Fathul Qarib, Halaman 203. …. Kalimat atau ucapan yang terang atau jelas dalam meminang seperti kalimat ”Saya ingin menikah denganmu”.
Keadaan meminang menggunakan kalimat atau ucapan yang samar, yaitu meminang wanita yang masih dalam keadaan iddah, ini hanya berlaku
bagi laki-laki yang bukan bekas suami dari seorang wanita yang diceraikan. Namun bagi bekas suami wanita yang sedang masa iddah itu boleh
menggunakan kalimat yang jelas dan terang.
30 Abdul Azis Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Op. Cit., Halaman 20.
31 Departemen Agama RI, Al ‘Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Al-Baqarah (2) : 235. Keterangan : [148] Yang suaminya telah meninggal dan
masih dalam 'iddah. [149] Wanita yang boleh dipinang secara sindiran ialah wanita yang dalam 'iddah karena meninggal suaminya, atau karena
Talak bain, sedang wanita yang dalam 'iddah Talak raji'i tidak boleh dipinang walaupun dengan sindiran. [150] Perkataan sindiran yang baik.
32 Departemen Agama RI, Al ‘Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Al-Isra’ (17) : 70.
7