Page 299 - Dietetik-Penyakit-Tidak-Menular_SC
P. 299
c. Tidak siap untuk diet/merubah perilaku yang berkaitan dengan pembatasan konsumsi
makanan berlemak dan digoreng ditandai dengan tidak menjalani program diet yang
membatasi konsumsi lemak dan gorengan.
Setelah rumusan diagnosis gizi disusun, langkah selanjutnya adalah merencanakan
intervensi gizi dan implementasinya.
Langkah ketiga : Intervensi Gizi
Intervensi yang akan direncanakan harus terkait dengan Masalah Gizi (P) dan Penyebab
(E) pada diagnosis gizinya. Masalah Gizi akan membantu Penetapan Tujuan dari intervensi gizi
sedangkan Penyebab akan membantu penetapan Strategi Intervensinya. Pemberian
intervensi intervensi berdasarkan diagnosis gizi yang sudah ditetapkan. Tujuan intervensi gizi
memprioritaskan pada problem yang dapat diberikan dan dapat diukur keberhasilannya
dalam jangka pendek.
a. Tujuan intervensi gizi pada kasus di atas adalah sebagai berikut:
1) Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan dan syarat diet jantung.
2) Memberikan bentuk makanan yang sesuai dengan kondisi pasien agar makanan
dapat dikonsumsi habis.
3) Memberikan pengetahuan tentang pengaturan diet pada penyakit jantung serta
memilih makanan yang tepat.
b. Strategi Intervensi Gizi
Karena etiologi dari diagnosis gizi pada kasus ini adalah penyakit jantung dengan
keluhan mual dan muntah maka pemberian diet yang diberikan adalah Diet Jantung
dalam bentuk makanan lunak. Strategi intervensi gizinya adalah:
1) Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
2) Energi, protein, lemak dan karbohidrat diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan
pasien.
3) Cairan diberikan cukup.
4) Tidak mengandung bumbu-bumbu masakan yang tajam dan merangsang karena
makanan diberikan dalam bentuk lunak/nasi tim.
5) Makanan diberikan per oral.
6) Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan pengaturan pada diet jantung.
Selanjutnya dihitung kebutuhan gizi pada kasus jantung di atas. Jenis diet yang diberikan
pada kasus adalah diet jantung dalam bentuk makanan lunak.
290 Dietetik Penyakit tidak Menular