Page 120 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 120
MENGISAHKAN KEMBALI AIR BAH
Air Bah dan Bahtera yang dikenal hanyalah bagian dari sebuah
narasi yang jauh lebih luas. Kisah itu secara keseluruhan akan
bisa menjadi, saya berani katakan, sebuah opera yang luar biasa.
Tirai tersingkap di sebuah dunia yang asing. Manusia
belum lah diciptakan, dan dewa-dewa muda harus melakukan
segala pekerjaan yang diperlukan. Mereka menggerutu dan
memberontak, dan pada akhirnya membakar perkakas kerja
mereka. Keluhan mereka bukan tanpa alasan; dewa-dewa
senior akan mempertimbahkan penciptaan manusia, Lullû,
untuk melakukan pekerjaan itu. Dewi kelahiran Mami, yang
juga dikenal sebagai Nintu dan Bēlet-ilī, dipanggil, tetapi dia
menyatakan bahwa dia tidak dapat menciptakan makhluk itu
sendirian. Maka dewa Enki mengumumkan kepada semuanya
bahwa rekan mereka dewa We-ilu akan dipenggal dan manusia
pun tercipta (lihat kutipan dalam Lampiran 1). Umat manusia
sekarang melakukan pekerjaan untuk para dewa, tetapi pada saat
yang sama, berkembang biak dengan bersemangat tanpa tunduk
pada kematian. Dalam kelimpahan jumlah mereka manusia
menjadi sangat berisik. Sebagaimana yang dikatakan Enlil kepada
teman-teman sesama dewanya:
“Kebisingan umat manusia sudah menjadi terlalu tajam
bagiku,
Dengan hiruk-pikuk mereka aku tidak bisa tidur.”
Kegaduhan yang mengerikan itu menuntut adanya suatu wabah
yang melenyapkan seluruh umat manusia. Ea (Enki dalam
Sumeria), salah satu dari dewa senior yang bertanggung jawab atas
penciptaan manusia, menghalangi rencana ini. Keputusasaan Enlil
memuncak dan kali ini dia memutuskan untuk memusnahkan
http://facebook.com/indonesiapustaka dan mengembalikan kehidupan. Rencana ketiga Enlil adalah
umat manusia dengan kelaparan, jadi dia menahan hujan. Sekali
lagi, Ea-lah yang campur tangan dan menurunkan hujan lagi
mengirimkan air bah pemusnah sekali untuk selamanya, dan
untuk menghindari bencana inilah Ea memerintahkan Atra-hasīs
untuk membuat bahteranya guna menyelamatkan kehidupan
109

