Page 229 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 229
Dr. Irving Finkel
Kita meninggalkan bahtera yang sudah sempurna pada bab
terakhir, sudah kedap air, diurapi, dan siap meluncur, para
penumpangnya pasti cemas dengan apa yang mungkin mereka
hadapi setelah itu. Versi-versi Kisah Air Bah yang berlanjut hingga
momen dramatis ini berbeda dalam catatan mereka tentang siapa
dan apa yang masuk ke dalam perahu itu di pihak Atra-hasīs
dalam perahu besarnya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
menarik inilah kita sekarang mengalihkan perhatian. Yang
paling penting tentu saja, adalah binatang-binatang, kemudian
orang-orang.
‘Kesampingkan harta benda dan selamatkan kehidupan!’ kata
dewa Enki kepada Atra-hasīs, dan inti dari tugas yang ada di
hadapannya, kita hanya dapat membayangkan, tetap menjadi
sebuah permasalahan yang valid bagi dunia modern kita sendiri.
Perintah yang sama muncul dalam tiga tablet penting kita,
Atrahasis Babilonia Kuno, Tablet Bahtera, dan Gilgamesh XI,
‘selamatkan kehidupan’ pada baris 26 tablet terakhir diperkuat
dengan kalimat ‘Masukkan ke dalam perahu semua benih
makhluk hidup.’
Terlepas dari persoalan pembuatan perahu, mau tidak mau
kita memikirkan tentang berbagai versi Nuh, Babilonia dan
yang lainnya, dan semua binatang mereka. Pemikiran tentang
m e ngumpul kan mereka, membariskan mereka, menggiring
mereka meniti papan jembatan seperti seorang guru sekolah
dalam kegiatan luar sekolah dan memastikan agar semuanya
bersikap baik selama sebuah pelayaran yang tidak diketahui
sampai kapan …
Binatang-binatang Atra-hasīs
http://facebook.com/indonesiapustaka gambarkan hal ini para penyair Babilonia yang menulis tentang
Binatang-binatang yang dinaikkan ke perahu dipisahkan secara
mendasar menjadi binatang jinak dan liar, dan untuk meng-
Atra-hasīs menggunakan tiga kata bahasa Akkadia: būl sēri, umām
berarti ‘pedalaman, pedesaan
sēri, dan nammaššû. Kata sēru
terpencil, pedesaan terbuka, ladang, padang rumput, tanah datar’,
wilayah pedesaan luas yang ada di luar sebuah desa atau kota,
218

