Page 356 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 356
APAKAH TABLET BAHTERA ITU?
semua jenis makhluk hidup di dunia seusai Air Bah. Petunjuk-
petunjuknya berasal dari satu dewa yang telah mengambil
risiko sendirian untuk menyelamatkan kehidupan, sementara
dewa-dewa secara keseluruhan bersikukuh dan tidak mau
mendengarkan. Dia harus memasukkan semua orang ke dalam
kapal, dia harus menyuruh semua makhluk hidup melewati titian
kapal sementara jam air terus berdetik. Jika ada kebocoran satu
saja pada perahunya maka berakhirlah segalanya. Inilah peran
bagi seorang pahlawan yang tidak pernah gugup seperti dalam
Film Laga masa kini mana pun, di mana aktor-aktor karismatik
biasanya bertanggung jawab untuk menyelamatkan dunia dari
sesuatu yang sangat mengerikan dengan melawan segala rintangan
dan dalam tekanan waktu yang menggelikan.
Ada keganjilan lebih jauh dan berkaitan yang harus diper-
hatikan. Tidak ada petunjuk dalam Tablet Bahtera tentang siapa
yang berbicara. Kita harus tahu bahwa dewa Enki-lah yang
berbicara pada awalnya. Dari baris 13 dan seterusnya terserah
pada kita untuk memahami bahwa Atra-hasīs sedang berbicara
di sana karena perubahan pembicara tidak ditandai. Namun,
kepada siapa dia berbicara dalam menceritakan pencapaiannya?
Dan siapa yang akan menduga dari tablet itu saja bahwa dua
baris terakhir ditujukan kepada pembuat kapalnya (yang tidak
disebutkan)?
Keadaan yang tidak biasa ini merupakan akibat dari
kenyataan bahwa tablet itu menghilangkan semua jeda dalam
susunan literer konvensional—Anu membuka mulutnya untuk
berbicara, mengatakan kepada Putri Ishtar … disusul dengan
Ishtar membuka mulutnya untuk berbicara, mengatakan kepada
ayahnya, Anu … (Gilgamesh VI: 87–88; 92–93)—yang dengan
cara itu literatur naratif Babilonia, bukan bermaksud mengada-
http://facebook.com/indonesiapustaka tanpa menyebutkan perangkat penghubung ucapan yang khas
ada, agak menjemukan. Bahkan, saya tidak dapat memberikan
contoh lain tentang literatur epik atau mitologis Babilonia yang
ini. Sifat pengulangannya pada awalnya tampak seperti sisa-sisa
literatur lisan, di mana segala sesuatunya diulang-ulang melebihi
yang kita lakukan sekarang, yang harus diterima begitu saja
345

