Page 377 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 377
Dr. Irving Finkel
dan memulai detak pertama dan tidak pernah terganggu dari
jantung manusia. Setelah kematian hanya roh manusia atau
etemmu yang tetap bertahan, sementara tubuh—dua per tiga
bagian lain yang terbuat dari ‘tanah liat’—kembali ke tanah.
Bagian Atrahasis tersebut dengan demikian menyuarakan
gagasan bahwa tēmu (akal budi) adalah unsur penting dari
etemmu (roh manusia) sejak awal kelahiran manusia. Nama
aneh dari dewa yang dikorbankan, We-ilu, jelas mewujudkan
gagasan ini: unsur ‘we’ inilah (sebelum ilu, ‘dewa’) yang bila
ditambahkan pada tēmu menghasilkan etemmu:
we + tēmu = etemmu
Salah satu sumber tablet kuneiform yang diketahui untuk
Atrahasis Tablet I benar-benar menulis wetemmu bukannya
etemmu untuk kata jiwa dalam bagian ini, yang biasanya
diabaikan karena dianggap suatu kesalahan, tetapi saya pikir
ini disengaja dan ada maksudnya.
Ada juga saling memengaruhi antara kata-kata Sumeria dan
Akkadia, karena tēmu dalam bahasa Akkadia dihubungkan
dengan bahasa Sumeria dimma, dan gedim dengan etemmu,
meskipun pertalian linguistiknya merupakan sebuah teka-teki.
Kata tēmu dan etemmu, yang saling bertautan erat pada saat
penciptaan, selamanya dikaitkan satu sama lain. Di atas masalah
sefundamental ini, tentu saja, ada spekulasi tekstual Babilonia.
Mari kita menelitinya dari kacamata seorang ummānu (guru)
pandai pada kira-kira 300 SM. Ini benar-benar urusan kuneiform,
tetapi tidak perlu khawatir.
Kita mendapati guru kita ini sedang membicarakan tentang
nama penyakit yang disebut Tangan Hantu, yang disebut
http://facebook.com/indonesiapustaka menjelaskan sifat dari etemmu dari ‘dalam’ namanya sendiri,
dalam bahasa Sumeria, atau qāt etemmi
šu.gedim.ma
dalam
bahasa Akkadia, kepada banyak murid kelas atas. Sang guru
tetapi dengan cara yang sangat berbeda dari apa yang baru saja
saya lakukan. Untuk memisahkan kata-kata dan gagasan-gagasan
dia menggunakan dua baji satu di atas yang lainnya tepat seperti
366

