Page 379 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 379
Dr. Irving Finkel
dengan ideogram Sumeria] geštug 11 (karena) bar (bagian dari
gedim dalam bahasa Sumeria) bermakna petū (bahasa Akkadia
2
‘membuka,’ dan) u (bagian dari gedim , bila dilafalkan) bu-ur
2
[karena u memiliki nilai majemuk] memiliki makna uznu (bahasa
Akkadia ‘telinga’).
TEKNIK 2
e-tem-me (ejaan per suku kata sederhana dari kata Akkadia
etemmu dengan sendirinya dapat ‘ditafsirkan’ sebagai bahasa
Akkadia) bermakna qabû tēme (bahasa Akkadia untuk apa saja
dari ‘memberi perintah’ hingga ‘berbicara dengan cerdas’. Hal
ini mungkin karena dengan mengambil suku kata pertama kata
Akkadia e- sebagai suku kata Sumeria, memberi kita huruf kapital
e yang sepadan dengan qabû (bahasa Akkadia ‘berbicara’). Dalam
bahasa Sumeria ada kata dimma yang ditulis dengan dua lambang
bersama seolah-olah satu lambang, satu ka, yang lainnya hi,
bersama-sama dilafalkan de-em -ma. (Kata bahasa Sumeria untuk
4
dimma) artinya tēme (kata Akkadia untuk ‘perintah, informasi,
benak, cerdas’). Kata untuk hantu dalam dua bahasa tersebut
dapat diperlihatkan menjadi bermakna mereka yang membuka
telinga dan berbicara dengan cerdas.
Dengan cara yang terampil ini, menggunakan makna asosiatif
yang diambil dari inti lambang-lambang tersebut, seorang
cendekiawan sejati mengajarkan bagaimana roh etemmu
pembuat onar memasuki telinga penderita ketika dia sedang
tidur. Serangan ini dapat mengakibatkan keadaan yang disebut
sebagai šinīt tēmi, yang secara harfiah, ‘perubahan akal budi’,
yang bercampur dengan pola normal pikiran dan perilaku
seseorang, seperti yang diperlihatkan oleh penjelasan untuk
keadaan tersebut berikut ini:
http://facebook.com/indonesiapustaka akal budinya terganggu, kata-katanya menjadi aneh,
Jika šinīt tēmi memengaruhi seseorang dan keseimbangan
kepandaiannya rusak dan dia terus mengamuk …
368

