Page 378 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 378
HANTU, ROH, DAN REINKARNASI
kita menggunakan sebuah tanda titik dua, dan menambahkan
penjelasan dalam tulisan kecil yang mengilap, dalam hal ini
dicetak di atas baris. Kata-kata bahasa Sumeria ditulis dalam
huruf kapital dan kata-kata bahasa Akkadia dalam cetak miring,
karena penting supaya tidak tertukar satu sama lain.
Gedim biasanya ditulis dengan lambang rumit yang sudah
digambar di atas. Di sini juru tulisnya menggunakan sebuah
lambang kedua yang jauh lebih langka untuk kata ini, yang dapat
dilafalkan dengan cara yang sama, dan yang kami bedakan sebagai
gedim : [lambang kuneiform]. Meskipun gedim sebenarnya satu
2
2
lambang yang terbuat dari tiga baji, sang guru untuk tujuan
sekarang menganggap terbentuk dari dua bagian, bar (bagian
‘bersilang’) dan U (lambang diagonal tunggal).
Inilah yang ditulis sang guru di atas tablet tersebut:
GI-DI-IM gedim 2 (bar.u) : etemmu (gedim) : pe-tu-u
uznē (geštug ) : bar : pe-tu-u
II
U BU-UR : uz-nu : e-tem-me : qa-bu-ú tè-e-me
E : qa-bu-u : ka de-em -ma hi : té-e-me
4
Ada dua teknik luar biasa yang digunakan. Yang pertama
mengeluarkan makna dalam bahasa Akkadia dengan membongkar
secara harfiah sebuah lambang Sumeria. Yang kedua lebih rumit:
teknik ini mengeluarkan makna dalam bahasa Akkadia dari makna
bahasa Sumeria terkait suku-suku kata yang digunakan untuk
mengeja kata Akkadia. Kata-kata dalam cetak tebal semuanya
muncul dalam teks penafsiran; semua yang ada di dalam tanda
kurung adalah tambahan dari saya untuk menjelaskan kepada
mereka yang masih belajar kuneiform.
http://facebook.com/indonesiapustaka (Lambang Sumeria) gedim (yang dilafalkan) gi-di-im [yang terdiri
TEKNIK 1
2
dari, seperti yang terlihat, ‘bar’ ditambah ‘u’] sama dengan gedim
(Sumeria) (etemmu, ‘hantu’ atau ‘roh’ dalam bahasa Akkadia).
Yang kedua bermakna pētū uznē (bahasa Akkadia ‘mereka yang
membuka telinga’) [dalam penjelasan kata uznē, ‘telinga’ ditulis
367

