Page 207 - Gagasan Inovasi Pendidikan Volume 1
P. 207
Inspiring Lecturer Paragon
atas proses pembelajaran, dan memungkinkan pembelajar untuk dapat
belajar beyond the classroom (Harsono, 2008). Dalam pembelajaran
SCL, diharapkan mahasiswa sebagai pembelajar dapat memiliki dan
menghayati jiwa pembelajar sepanjang hayat (life-long learner) dan
menguasai berbagai keterampilan (hard skills dan soft skills) yang
saling mendukung.
Kita mungkin sudah familiar dengan beberapa metode atau
teknik yang menggunakan pendekatan SCL, seperti flipped learning
collaborative learning, cooperative learning, problem-based
learning, project-based learning, inquiry based learning, dan masih
banyak lagi. Banyaknya metode SCL ini bukan berarti kita
melakukannya dalam pembelajaran secara terpisah atau sendiri-
sendiri. Penulis teringat dengan yang disampaikan oleh Pak Adi
Respati dalam sesi SCL di program ILP, bahwa hubungan antara
metode SCL bukanlah terpisah dan berdiri sendiri. Namun hubungan
antara metode SCL adalah saling berkaitan dan saling tumpang tindih.
Kata Pak Adi Respati, tumpang tindih ini justru menjadi modal dalam
pembelajaran (Respati, 2021). Dalam penetapan metode SCL yang
akan digunakan ini, tidak sekadar dilakukan pada level kelas saja,
namun justru mulai di tingkat fakultas. Perguruan tinggi, minimal
level fakultas, perlu menetapkan agenda SCL yang akan diterapkan di
fakultas seperti apa. Setelah menetapkan agenda SCL, maka
berikutnya perlu menentukan komposisi metode SCL apa saja yang
akan digunakan, dimana metode SCL ini perlu untuk distandarkan di
setiap matakuliah. Berikutnya, dilakukan tindak lanjut untuk
implementasi metode SCL yang akan digunakan (Respati, 2021).
195

