Page 204 - Gagasan Inovasi Pendidikan Volume 1
P. 204
Inspiring Lecturer Paragon
metode dan media belajar apa yang sekiranya dapat mengurangi
kendala-kendala psikologis mahasiswa. Namun bagaimana kemudian
yang penting adalah memaknai proses belajar itu sendiri. Penulis
kemudian mencoba merefleksikan dari pertanyaan yang pernah
diajukan oleh Pak Bukik Setiawan dalam sesi ILP. Pak Bukik
Setiawan bertanya kepada peserta ILP, “apakah dosen sudah
mengajar?” atau “apakah mahasiswa sudah belajar?”. Pertanyaan ini
membuat penulis berpikir dan bercermin, “apakah selama ini saya
baru sekedar mengajar? Ataukah mahasiswa memang sudah
belajar?”.
Pak Bukik menambahkan, bahwa seringkali kita terjebak
dalam miskonsepsi tentang belajar. Bagaimana kemudian kita sekedar
memahami bahwa belajar hanya untuk ujian, belajar hanya menghafal
dan menggunakan rumus, kendali belajar sepenuhnya pada pengajar,
bagaimana kita menganggap bahwa pelajar memiliki kebutuhan dan
minat belajar yang sama, penilaian belajar sepenuhnya wewenang
pengajar, serta bagaimana keberhasilan belajar ditandai hanya dengan
nilai angka terstandar (Setiawan, 2021). Beberapa miskonsepsi
belajar ini (meski menurut penulis tidak semuanya benar), perlu
diberikan perhatian khusus oleh dosen dalam proses pembelajaran.
Lantas, apa yang dimaksud dengan ‘belajar’ itu sendiri? Saat
sesi facilitaion skills ILP yang disampaikan oleh Pak Sahala Harahap,
sejatinya belajar itu terjadi melalui inetraksi individu dengan
lingkungan. Belajar ini adalah hasil dari menyimpulkan dan menarik
hubungan. Dan belajar ini sendiri mencakup ‘tahu bahwa’ (knowing
that – memorizing, acquiring facts, skills & methods) dan ‘tahu
192

