Page 439 - My FlipBook
P. 439

Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer


                  Keempat, basis paradigma yang problematis. Barangkali ini menjadi pokok
           permasalahan yang sangat serius  dalam wacana pluralisme agama.  374  Tidak sulit
           untuk menemukan bahwa pluralisme agama yang saat ini berkembang sedemikian
           rupa -seiring dengan kampenye globalisasi dan pasar bebas- telah dipahami dan
           didesain dalam bingkai sekuler, liberal dan logical positivism Barat yang menolak
           segala hal yang ‘berbau’ metafisis dengan alasan tidak mungkin dibuktikan secara
           empiris. Oleh karena itu “agama’ dianggap sebatas “human response” (respon
           manusia), atau apa yang dikenal dewasa ini di kalangan para ahli perbandingan
           agama  (religionswissenschaft),  filsaafat  agama,  sosiologi,  antropologi  dan
           psikologi  sebagai  “religious  experience”  (pengalaman  keagamaan)  serta
           menafikan agama sebagai produk wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala.     375
           Selain itu bahwa pluralisme yang dikembangkan saat ini dapat dipahami sebagai
           bentuk lain dari universalisasi teologi Kristen yang problematis 376  yang pada saat
           bersamaan sedang berupaya meletakkan landasan teoritis untuk dapat  berinteraksi
                                                   377
           secara toleran dengan agama-agama lain.

           Konsep Islam Menurut Muhammadiyah
                 Membaca tulisan dan gagasan sejumlah intelektual muslim tertulis di atas,
           tidak  berlebihan  jika  dikatakan  bahwa  wacana  pluralism agama  yang  semarak
           di”pasarkan”  di  Indonesia,  dan  khususnya  di  internal  Persyarikatan  sebagai
           propaganda  untuk  merusak  akidah  umat  Islam  yang  sepadan  dengan  tindakan
           “teror  teologis”  dan  memporakporandakan  sendi-sendi  keimanan  mereka  yang
           selama ini  dipegang  teguh.  Menyeru  kepada  kesatuan  dan  penyamaan  agama-
           agama di dunia menjadi semacam cetak biru atau warna dasar pluralism agama itu
           sendiri. Wajar, atau bahkan “wajib” jika kemudian pluralisme agama dinyatakan
           sebagai sesuatu yang “haram” dalam berbagai fatwa para ulama di dunia Islam,
           bukan  saja  melalui  fatwa  MUI  di  Indonesia.  Pluralisme  semacam  inilah  yang
           hendak kami tegaskan kepada umat. Jika ada yang “bermain kata” dengan istilah
           ini dan secara ikhlas-jujur ia bermaksud menegaskan pluralisme agama sebagai
           afirmasi  atas  sikap  toleransi  dan  saling  menghormati,  hidup  damai  dan  ko-





           374  Anis Malik Thoha, Wacana Kebenaran agama… hal. 14
           375 Anis Malik Thoha, Ittijâhât al-Ta’addudiyat al-Diniyah... hal. 123-124
           376 Adnan Aslan,  Menyingkap Kebenaran: Pluralisme Agama dalam Filsafat Islam dan Kristen,
           Seyyed Hossein Nasr-John Hick [Bandung: Alifya, 2004], Cet. I, hal. 150-151).
           377  Muhammad Legenhausen, Satu Agama… hal. 19



                                                                                       427
   434   435   436   437   438   439   440   441   442   443   444