Page 434 - My FlipBook
P. 434
Bagian Kempat
1998), Seyyed Hossein Nasr, Huston Smith, Henry Corbin, E.F. Schumacher,
355
William C. Chittick dan lain-lain.
Pertentangan antara kedua aliran tersebut di atas hanyalah bersifat artifisial
atau permukaan semata, namun secara substantif mengkerucut kepada gagasan
kesamaan Agama-Agama sampai pada level terdalam (teologis). Inilah problem
krusial dalam diskursus pluralisme agama dalam perspektif Agama-Agama di
dunia. Demikian pula berbagai trend pemikiran pluralisme pada umumnya
bertemu di satu titik yang sama yaitu semua agama itu sama. Tidak ada yang lebih
baik atau benar antara yang satu dengan yang lainnya. Kesimpulan ini
diungkapkan oleh Proffesor John Hick, yang dikenal sebagai sosok teolog modern
yang memberikan perhatian sangat mendalam terhadap masalah pluralisme
agama. 356 Ia menyatakan demikian:
“…the term refers to a particular theory of the relation between these
traditions, with their different and competeting claims. This is the theory that
the great world religions constitute variant conceptions and perceptions of,
357
and responses to the one ultimate, mysterious divine reality.”
Klaim kebenaran pluralis ini menegaskan bahwa semua agama, yang teistik
maupun yang non-teistik dapat dianggap sebagai “ruang-ruang” soteriologis
(soteriological spaces) atau “jalan-jalan” soteriologis (soteriological ways) yang
padanya manusia bisa mendapatkan keselamatan/ kebebasan dan pencerahan.
Semuanya valid, karena pada dasarnya semuanya sama-sama merupakan bentuk-
bentuk respon otentik yang berbeda dan beragam terhadap Hakekat ketuhanan
358
(The Real) yang sama dan transenden.
Pemikir muslim di tanah air seperti Budhy Munawar-Rachman
mengafirmasi gagasan pluralis di atas. Baginya perbedaan antara Kristen dan
355 Ibid., hal. 7
356 Anis Malik Thoha, Ph.D, Pluralisme Agama Ditilik dari Nalar Kritis, dalam Media Indonesia,
Jum’at 29 Juni 2002.
357 Dr. Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama : Tinjauan Kritis (Jakarta: Perspektif, 2005),
hal. 15
358 Syamsul Hidayat (Ed), Pemikiran Muhammadiyah : Respon Terhadap Liberalisasi Islam
(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2005), hal. 322
422