Page 429 - My FlipBook
P. 429

Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer


           dan khususnya di tanah air, tampak sebagai penjabaran atau juga ‘dampak’ dari
           gagasan  pluralisme  agama.  Pada  fase  ini  pluralisme  agama,  dalam  kerangka
           teoritis telah berhasil dimatangkan dengan konsepsi  yang lebih sempurna oleh
           John  Hick,  seorang  teolog  Presbiterian  dan  filosuf  agama  modern.  Ia  tampil
           dengan ketekunan yang luar biasa untuk menulis gagasan-gagasannya dalam karya
           intelektual  yang  tak  kurang  dari  30  buah,  baik  yang  berbentuk  buku  maupun
           karangan  lainnya.  John  Hick  telah  berhasil  merekonstruksi  landasan-landasan
           teoritis pluralisme agama sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah teori yang
           baku dan popular yang melekat dengan namanya sendiri. Bukunya yang berjudul
           “An  Interpretation  of  Religion  :  Human  Responses  to  the  Trancendent”  yang
           berasal dari serial kuliahnya yaitu Gifford Lecture di Edinburg University pada
           tahun 1986-1987 merupakan inti utama dari gagasan-gagasannya sebelumnya.    344


           Teori Hubungan Agama-Agama dalam Kemajemukan
                   Paparan historical background terbaca di atas menggambarkan secara jelas
           bahwa wacana pluralisme agama memiliki pijakan yang sangat kuat dan tak dapat
           dipisahkan dari problema teologi Kristen di Barat. 345  John Hick, seorang tokoh
           terpenting  religious  pluralism  merumuskan  lima  model  pluralisme  agama;  (1)
           Pluralisme  Religius  Normatif(Normative  Religious  Pluralism)  yaitu,  terdapat
           imbauan dan kewajiban moral dan etis untuk menghargai para pemeluk agama
           yang  berbeda-beda,  terutama  ditujukan  untuk  mengatasi  permasalahan  yang
           berkaitan dengan sikap umat kristiani terhadap kalangan pemeluk agama non-
           Kristen;  (2)  Pluralisme  Religius  Soteriologis 346   (Soteriological  Religious
           Pluralism)  yaitu,  ajaran  umat  non-Kristen  juga  bisa  memperolah  keselamatan
           Kristiani. Model ini diketengahkan oleh Hick untuk mengefektifkan pluralisme-
           normatif    secara   psikologis;   (3)   Pluralisme   Religius   Epistemologis
           (Epistemological  Religiuos  Pluralism)  yaitu,  klaim  bahwa  umat  Kristen  tidak
           memiliki  pembenaran  (justification)  yang  lebih  mantap  atas  keimanan  mereka
           dibandingkan dengan penganut agama lain. Atau dapat pula didefinisikan sebagai
           klaim bahwa para pengikut agama-agama besar di dunia memiliki kedudukan yang





           344 Ibid., hal. 12-13
           345  Lebih lanjut baca, Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat : Dari Hegemoni Kriste ke
           Domiasi Sekular-Liberal (Jakarta: GIP, 2005)
           346  Soteriologi merupakan  bidang  kajian  dalam  teologi Kristiani  yang  mempelajari  penderitaan
           Yesus (Lihat, Muhammad Legenhausen, Satu Agama... hal. 9)



                                                                                       417
   424   425   426   427   428   429   430   431   432   433   434