Page 431 - My FlipBook
P. 431

Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer


           yang olehnya kita dapat diselamatkan” [Kisah Para Rasul 4, 12]. Sehingga istilah
           No Other Name, menjadi symbol tentang tidak ada jalan keselamatan di luar Yesus
           Kristus. Pandangan ini telah popular sejak abad pertama dalam lintasan sejarah
           Gereja, yang kemudian mendapat perumusan seperti extra ecclessiam nulla salus
           dan  extra  ecclessiam  nullus  propheta;  (2)  Sikap  inklusif.  Paradigma  ini
           membedakan antara kehadiran penyelamatan (the salvific presence) dan aktivitas
           Tuhan dalam tradisi agama-agama lain, dengan penyelamatan dan aktivitas Tuhan
           sepenuhnya dalam Yesus Kristus. Atau dalam ungkapan yang lbih teknis “menjadi
           inklusif berarti percaya bahwa seluruh kebenaran agama non-Kristiani mengacu
           kepada  kristus”.  Pandangan  ini  kemudian  mendapatkan  justifikasinya  pada
           dokumen Konsili Vatikan II tahun 1965. Dokumen ini terdapat pada “Deklarasi
           tentang  Hubungan  Gereja  dan  Agama-agama  Non-Kristiani”  (Nostra  Aetate).
           Teolog  terkemuka  dalam  gagasan  ini  adalah  Karl  Rahner 349   yang  kemudian
           memunculkan  wacana  dan  istilah  the  Anonymous  Christian  (Kristen  anonim)
           artinya  bahwa,  orang-orang  Kristen  anonim  (non-Kristiani)  akan  mendapatkn
           keselamatan sejauh mereka hidup dalam ketulusan terhadap Tuhan, karena karya
           tuhanpun ada pada mereka; dan (3) Sikap  paralelisme.  Paradigma ini percaya
           bahwa  setiap  agama  (agama-agama  di  luar  Kristen)  mempunyai  jalan
           keselamatannya  sendiri,  dan  karena  itu  klaim  bahwa  Kristianitas  adalah  satu-
           satunya  jalan  (eksklusif),  atau  yang  melengkapi  atau  mengisi  jalan  yang  lain
           (inklusif) haruslah ditolak, demi alas an-alasan teologis dan fenomenologis. Tokoh
           terkemuka  wacana  ini  adalah  John  Harwood  Hick  dalam  karyanya  God  and
                                    350
           Universe of Faith (1973).
                  Demikianlah  beberapa  teori  dan  gagasan  tentang  pluralisme  agama  dan
           hubungan antar umat beragama yang disampaikan oleh para ahli. Terlepas dari
           setting  dan  akar  sejarah  diskursus  pluralisme  yang  sarat  dengan  nuansa  dan
           muatan problematika kosepsi teologi Kristen-Barat yang telah penulis paparkan
           pada bagian terdahulu, penulis menyimpulkan bahwa berbagai rumusan tipologi
           respon umat beragama terhadap realitas kemajemukan agama-agama tersebut di
           atas,  secara  substansial  dapat  disederhanakan  menjadi  tiga  kategori,  yaitu;


           349  Pandangang-pandangan inklusifnya termuat dalam karyanyaThe Theological Investigation (20
           jilid)  “Christianity  and The Non-Christian Religions”, jilid  ke-5. Problem  yang  dikemukannya
           adalah, bagaimana terhadap orang-orang yang hidup sebelum karya penyelamatan itu hadir, atau
           orang-orang  sesudahnya  tetapi  tidak  pernah  tersentuh  oleh  Injil?  (Lihat,  Budhy  Munawar-
           Rachman, Islam Pluralis… hal. 46)
           350  Budhy Munawar-Rachman, Islam Pluralis, hal. 44-48



                                                                                       419
   426   427   428   429   430   431   432   433   434   435   436