Page 433 - My FlipBook
P. 433
Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer
Aliran ini (Global Theology) menawarkan konsep dunia yang tanpa batas
geografis, kultur, ideologis, teologis, kepercayaan dan lain-lain. Pendekatan yang
digunakan oleh aliran teologi ni terhadap agama-agama lain lebih bersifat
sosiologis, kultural dan ideologis. 353 Kelompok ini meyakini bahwa semua agama
sedang ber-evolusi, saling mendekat dan pada akhirnya tidak akan ada lagi
perbedaan-perbedaan antar yang satu dengan lainnya, dan kemudian melebur
menjadi satu. Berdasarkan asumsi ini maka John Hick, salahsatu tokoh
terpentingnya, memperkenalkan konsep pluralisme agama dengan gagasannya
yang disebut global theology. Selain Hick, tokoh terpenting lainnya adalah
Wilfred Cantwell Smith, pendiri McGill Islamic Studies 354
Adapun aliran kedua yaitu, paham Kesatuan Transenden Agama-agama
(Transcendent Unity of Religions) didominasi oleh pendekatan filosofis dan
teologis Barat. Berbeda dengan aliran pertama, para filosof dan teolog dalam
aliran ini menolak modernisasi dan globalisasi yang cenderung menepikan agama
dengan berusaha mempertahankan tradisi yang terdapat dalam agama-agama.
Solusi yang ditawarkan oleh aliran ini adalah pendekatan religious filosofis dan
membela eksistensi agama-agama. Bagi kelompok ini, agama tidak dapat diubah
begitu saja lalu mengikuti globalisasi, zaman modern ataupun post-modern yang
telah meminggirkan agama itu sendiri. Agama tidak dapat dilihat hanya dari
perspektif sosiologis ataupun histories dan tidak pula bisa dihilangkan
identitasnya. Berikutnya kelompok ini memperkenalkan pendekatan tradisional
dan mengangkat konsep-konsep yang diambil secara parallel dari tradisi agama-
agama. Salahsatu konsep utamanya adalah Sophia Perrenis atau dalam bahasa
Hindu disebut Sanata Dharma atau dalam Islam disebut oleh Seyyed Hossein Nasr
sebagai al-Hikmah al-Khalidah. Diantara tokoh-tokoh terpentingnya; René
Guénon (w. 1951), Titus Burkhardt (w. 1984), Martin Ling, Fritjhof Schoun (w.
353 Bersifat sosiologis dan kultural karena agama-agama yang ada di dunia harus disesuaikn dengan
kondisi social budaya masyarakat modern yang plural. Ideologis, sebab ia telah menjadi bagian
dari program globalisasi yang jelas-jelas ‘memasarkan’ ideology Barat. Akibatnya, menurut
Malcom Walter globalisasi yang datang bersama dengan kapitalisme ini malah membawa kekuatan
baru yang menghapus otoritas agama, politik, militer dan sumber kekuatan lainnya.Karena
kenyataannya gerakan globalisasi ini telah membawa ideology baru yang bertujuan agar semua
menjadi terbuka dan bebas menerima ideology dan nilai-nilai kebudayaan Barat seperti demokrasi,
hak asasi manusia, feminisme/gender, liberalisme dan sekulerisme. (Lihat, Majalah Pemikiran dan
Peradaban Islam Islamia, Thn. I, No. 4, hal. 5-6)
354 Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam Islamia, Thn. I, No. 3, hal. 6-7
421