Page 424 - My FlipBook
P. 424
Bagian Kempat
prinsip atau pandangan yang manyatakan bahwa kelompok-kelompok yang
berbeda tersebut dapat hidup dengan damai dalam suatu masyarakat). 330
Jika dilihat dari makna asal (etimologis) kedua kata ‘pluralitas’ dan
‘pluralisme’ tampak tidak terdapat permasalahan perbedaan mendasar. Kedua kata
ini merujuk kepada sesuatu yang menyatakan dan mengakui adanya realitas
kemajemukan dan keragaman unsur masyarakat yang hidup berdampingan
dengan damai. Tidak berbeda dengan makna pluralisme yang terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (‘keadaan masyarakat yang majemuk dari sisi
sistem sosial dan politiknya’). 331 Tetapi jika dihubungkan dengan kata ‘agama’,
lalu menjadi ‘pluralitas agama’ dan ‘pluralisme agama’ maka kedua kata tersebut
membentuk konsep yang masing-masing memiliki aksentuasi dan referensi makna
yang berbeda. Pluralisme, merupakan pandangan yang berupaya membenarkan
keberagaman filsafat, dengan menegaskan bahwa semua kebenaran bersifat relatif,
dan menganggap semua keyakinan filosofis dan religius dalam pengertian
relativisme murni, sebagai pendapat-pendapat pribadi yang semuanya mempunyai
nilai yang sama. 332
Menelaah diskursus pluralisme agama di Indonesia, pada umumnya
bermuara pada gagasan mengenai “kalimatun sawa’”,atau “common flatform”
Agama-Agama yang bersumber pada teori “The Trancendent Unity Of Religions”
yang digagas oleh
Frithjof Schuon. 333 Schoun dikenal sebagai seorang tokoh terkemuka dalam
filsafat abadi dan metafisika tradisional. Pemikirannya dipuja dan diikuti oleh para
intelektual bertaraf internasional dan lintas agama. Schoun mengangkat perbedaan
antara dimensi-dimensi tradisi agama eksoteris dan esoteris sekaligus
330 Paul Procter (Editor in Chief), Longman Dictionary Of Contemporary English, (Beirut:
Librairie Du Liban, 1990), hal. 836, lihat juga, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, (New
York: Oxford University Press, 1995), Fifth Edition, hal. 889
331 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), Cet. IV, hal. 777
332 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), Cet. II, hal. 855
333 Schoun lahir di Basel, Swiss pada 18 Juni 1907. Ayahnya keturunan Jerman, ibunya dari ras
Alsatia. Ia dikabarkan telah masuk Islam dan dikenal dengan nama Isa Nuruddin Ahmad Al-
Syadzily al-Daruwy al-Alawy al-Maryamy. Pada tahun 1932 ia pergi ke Al-Jazair.Jika dilihat dari
namanya, besar kemungkinan ia masuk Islam di negeri ini melalu guru sufinya. Schoun dikenal
sebagai seorang tokoh terkemuka dalam filsafat abadi dan metafisika tradisional. (Lihat, Adnin
Armas, Gagasan Frithjof Schoun tentang Titik-Temu Agama-Agama dalam Majalah Pemikiran
dan Peradaban Islam Islamia, Thn. I, No. 3, hal. 9-12)
412