Page 421 - My FlipBook
P. 421
Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer
toleran terhadap orang lain. Kultus berpusat pada ketokohan pribadi yang menarik,
retoris dan memukau, pandai menghasut untuk pengorbanan harta dan jiwa yang
tidak proporsional, sederhana, penuh keteguhan serta menjanjikan keselamatan
dan kebahagiaan. Gejala semacam ini disebut oleh Erich Fromm sebagai Escape
from Freedom (Lari dari Kebebasan). Inilah salah satu basis sosial-psikologis bagi
munculnya totalitarianisme, “Freedom can be frightening; totalitarinism can be
temting” (kebebasan dapat menakutkan; totalitarianisme dapat menggiurkan).
Oleh karenanya, kata Nurcholish Madjid, bagaimanapun juga kultus dan
fundamentalisme hanyalah pelarian dalam keadaan tidak berdaya dan hanya
memberi hiburan ketenangan semu atau palliative, kultus dan fundamentalisme
adalah sama bahayanya dengan narkotika. 322 Cak Nur berpandangan bahwa sikap
ekslusif dan menutup diri dari realitas global melahirkan sikap hidup yang terjebak
pada kultus dan fundamentalisme, fundamentalisme melahirkan kekerasan dan
terorisme atas nama agama, yang semua ini akan berakhir pada kehancuran
manusia.
Pandangan Cak Nur tersebut terinspirasi dari A. N Wilson, seorang novelis
dan wartawan dari Inggris, penulis buku berjudul Against Religion : Why We
Should Try to Live Without It. Meskipun dalam posisi merisaukan fakta keras
kehidupan dan peradaban Barat, tampak Cak Nur mengadopsinya tanpa sikap
kritis, dan bahkan menyamakannya dengan apa yang terjadi di kalangan atau dunia
Islam. Kegelisahan atau kerisauan tersebut disebut sebagai “dilema Wilson”.
Berikut kutipannya,
Dalam Al-Kitab (BIBEL) dikatakan bahwa cinta uang adalah akar
segala kejahatan. Mungkin lebih benar lagi kalau dikatakan bahwa cinta
Tuhan adalah akar segala kejahatan. Agama adalah tragedi umat manusia.
Ia mengajak kepada yang paling luhur, paling murni, paling tinggi dalam
jiwa manusia, namun hampir tidak ada sebuah agama yang tidak ikut
bertanggungjawab atas berbagai peperangan, tirani dan penindasan
kebenaran. Marx menggambarkan agama sebagai candu; tetapi agama jauh
322 Nurcholish Madjid, “Beberapa Renungan Tentang Kehidupan Keagamaan Untuk Generasi
Mendatang”dalam Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, Nomor 1, Vol. IV, Tahun 1993,
hal. 8-11
409