Page 467 - My FlipBook
P. 467
Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer
atas wanita, merupakan kecurigaan yang bias gender. Lagi pula, sepanjang sejarah,
telah lahir ulama-ulama wanita dalam berbagai bidang. Pendapat mereka tidak
berbeda dengan pendapat ulama laki-laki.
Sebagai contoh, ulama fiqih wanita terbesar, yakni Siti Aisyah r.a., tidak
berbeda pendapatnya dengan pendapat para sahabat laki-laki dalam berbagai
masalah hukum yang kini digugat kaum feminis. Belum lama ini telah terbit
sebuah buku karya Sa’id Fayiz al-Dukhayyil, Mawsu’ah Fiqh ‘Aisyah Umm al-
Mu’minin, HayÉtihÉ wa FiqhihÉ, (Dar al-Nafes, Beirut, 1993), yang menghimpun
pendapat-pendapat Siti Aisyah r.a. tentang masalah fiqih. Hingga kini, ribuan
ulama dan cendekiawan wanita Muslimah tetap masih aktif menentang ide-ide
ekstrim dari para feminis dari kalangan Muslim, yang terinspirasi atau
terhegemoni oleh pandangan hidup sekular-liberal atau Marxisme.
Yang diperlukan adalah satu perspektif yang benar dan ikhlas dalam
menerima pembagian peran yang diberikan oleh Allah SWT. Jika wanita diberikan
peran utama sebagai ‘rabbatul bayt’ (pengelola rumah tangga) dan laki-laki
sebagai pencari nafkah, hal itu bukanlah suatu penistaan terhadap wanita. Sebab,
dunia ini hanyalah satu ‘panggung sandiwara’. Setiap kita mengambil satu peranan
yang nantinya akan sama-sama dipertanggungjawabkan di Hari Kiamat. Maka,
ada baiknya, kita renungkan lagu berjudul ‘Dunia Ini Panggung Sandiwara’, yang
ditulis Taufiq Ismail tahun 1976, dan kemudian dipopulerkan oleh Ahmad Albar :
Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani
Setiap insan dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran yang wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
455