Page 473 - My FlipBook
P. 473
Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer
Perbedaan yang cukup mendasar antara konsep HAM menurut perspektif
Islam dan HAM dalam perspektif Barat adalah sumber nilai yang digunakan.
HAM dalam Islam bersumber pada wahyu Ilahiyah yang memberikan tugas
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi untuk mengelola alam semesta ini
sehingga manusia dapat memanfaatkan seluruh sumber daya alam yang ada untuk
mencapai kesejahteraannya, termasuk untuk mencapai hak akan harkat dan
martabatya. Hal inilah yang mendasari bahwa Islam adalah agama yang dapat
membawa Rahmatan lil ‘alamin.
Sementara, HAM menurut pandangan Barat, lebih didasarkan pada nilai-
nilai kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat yang kemudian menjadi
konsensus bersama untuk dijadikan hukum dalam memperjuangkan, menegakkan,
dan melindungi hak-hak kemanusiaan yang berada dalam setiap warga negara.
Meskipun, hak-hak kemanusian tersebut juga menjadi komitmen besar yang ada
dalam wahyu Ilahiyah, namun HAM pandangan Barat sama sekali terlepas dari
nilai-nilai agama.
Dalam perkembangannya, perbedaan konsep HAM tersebut di atas telah
menimbulkan perbedaan cara pandang terhadap konsep HAM itu sendiri. Di dunia
Barat, umumnya dalam memberikan perhatian kepada individu-individu di
dasarkan pada nilai yang menjadi konsensus bersama dan menjadi hukum-hukum
negara atau sejumlah otoritas untuk tercapainya aturan-aturan publik sehingga
harus ditegakkan. Cara pandang HAM yang semata-mata didasarkan pada nilai
kepentingan individu inilah yang dinamakan anthroposentris, dimana manusia
merupakan ukuran terhadap gejala tertentu. Cara pandang yang anthroposentris
tersebut, akan menimbulkan nilai-nilai utama dari kebudayaan Barat seperti
demokrasi, lembaga sosial dan kesejahteran ekonomi sebagai perangkat yang
mendukung tegaknya HAM itu hanya berorientasi pada penghargaan terhadap
manusia. Dengan demikian, manusia menjadi tujuan akhir dari pelaksanaan HAM
tersebut.
Sedangkan HAM dalam padangan Islam lebih bersifat theosentris, yang
mengedepankan nilai pengabdian kepada Al-Kholiq, Tuhan yang menciptakan
alam semesta ini, sehingga manusia hanya bertugas untuk mengabdi kepada-Nya.
Cara pandang seperti ini akan menimbulkan kesadaran penuh dalam diri manusia
yang beriman kepada Allah SWT unuk melaksanakan larangan dan perintah-
perintah-Nya semata-mata sebagai bentuk kepatuhannya kepada Sang Pencita.
Mengakui hak-hak kemanusiaan, menciptakan perdamaian, membangun keadilan,
461