Page 488 - My FlipBook
P. 488

Bagian Kempat



                   asal-usul sosial, kekayaan, keturunan atau status lainnya.Selanjutnya, tidak
                   boleh ada pembedaan orang berdasarkan status politik, yurisdiksional, atau
                   internasional yang dimiliki negara asalnya, yang independen, yang berada
                   dibawah pemerintahan perwalian, atau yang berada dibawah pembatasan
                   kedaulatan lainnya.)
                        Everyone has the right to life, liberty and security of person. (Setiap
                  orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keamanan pribadi). 395

                        Berbeda dengan paradigma Islam. Bagi para fuqaha’, kebebasan itu
                   secara  teknis  menggunakan  terma  hurriyah  yang  seringkali  dikaitkan
                   dengan perbudakan. Seorang budak dikatakan bebas (hurr) jika tidak lagi
                   dikuasai  oleh  orang  lain.  Namun  secara luas  bebas  dalam  hukum  Islam
                   adalah  kebebasan  manusia  dihadapan  hukum  Tuhan  yang  tidak  hanya
                   berkaitan  dengan  hubungan  manusia  dengan  Tuhan  tapi  hubungan  kita
                   dengan  alam,  dengan  manusia  lain  dan bahkan  dengan  diri  kita  sendiri.
                   Sebab manusia tidak dapat bebas memperlakukan dirinya sendiri. Dalam
                   Islam  bunuh  diri  tidak  dianggap  sebagai  hak  individu,  ia  merupakan
                   perbuatan dosa karena melampaui hak Tuhan.
                        Menurut para teolog kebebasan manusia tidak mutlak dan karena itu
                   apa  yang  dapat  dilakukan  manusia  hanyalah  sebatas  apa  yang  mereka
                   istilahkan sebagai ikhtiyar. Ikhtiyar memiliki akar kata yang sama dengan
                   khayr (baik) artinya memilih yang baik “choosing what is better”. Istikaharah
                   adalah shalat untuk memilih yang baik dari yang tidak baik. Jadi bebas
                   dalam pengertian ini adalah bebas untuk memilih yang baik dari yang tidak
                   baik.  Sudah  tentu  disini  kebebasan  manusia  terikat  oleh  batas
                   pengetahuannya  tentang  kebaikan.  Karena  pengetahuan  manusia  tidak
                   sempurna, maka Tuhan memberi pengetahuan melalui wahyuNya. Orang
                   yang tidak mengetahui apa yang dipilih itu baik dan buruk tentu tidak bebas,
                   ia bebas sebatas kemampuan dan pengetahuannya sebagai manusia yang
                   serba terbatas.
                        Para filosof tidak jauh beda dengan para teolog. Kebebasan dalam
                   pengertian  para  filosof  lebih  dimaknai  dari  perspektif  Islam  dan  bukan
                   dalam konteks humanisme sekuler. Para filosof juga memandang perlunya
                   kebebasan manusia yang didorong oleh kehendak itu disesuaikan dengan
                   Kehendak  Tuhan  yang  menguasai  kosmos  dan  masyarakat  manusia,


            395  http://www.un.org/Overview/rights.html



            476
   483   484   485   486   487   488   489   490   491   492   493