Page 119 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 119
Pemilihan kepala daerah dilaksanakan lima tahun sekali secara serentak
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pemungutan suara dilaksanakan pada hari libur atau hari yang diliburkan
Waktu
secara nasional
KPU mengatur lebih lanjut tentang hari, tanggal, dan waktu pemungutan
suara
F. Sistem Pemilu dan Konsekuensinya
Sistem pemilu memberikan pengaruh terhadap berbagai sistem yang
lainnya, terutama sistem kepartaian dan sistem pemerintahan. Namun
demikian, sistem pemilu bukan menjadi satu-satunya faktor dalam
mempengaruhi sistem-sistem yang lain. Masih banyak faktor lain juga
berkontribusi, misalnya perilaku memilih dan kondisi ekonomi-sosial-
budaya. Benoit (2007) mengatakan bahwa pilihan terhadap desain sebuah
sistem pemilu sangat terkait dengan aktor dan konteks yang
melatarbelakanginya. Untuk aktor, terdapat banyak aktor yang sangat
mempengaruhi desain sistem pemilu, yaitu Parpol, aktor di luar Parpol,
aktor eksternal, ahli non-politik, dan masyarakat. Sedangkan untuk konteks,
terdapat beberapa konteks yang sangat mempengaruhi pilihan terhadap
sebuah sistem pemilu tertentu, yaitu faktor ekonomi dan faktor perubahan
(modernisasi). Selain dua faktor tersebut, terdapat dua faktor lain, yaitu
motivasi dari elit pembuat kebijakan (pemburu kekuasaan, kebijakan atau
suara) dan tujuan dari pilihan atas satu sistem tertentu (keterwakilan,
governability, atau perimbangan dari keduanya, memaksimalkan legitimasi
dan keadilan, serta motivasi yang lainnya). Selain itu, pemilihan sistem
pemilu di sebuah negara sebenarnya sangat terkait dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh negara tersebut. Dengan kata lain, desain sistem pemilu
sebenarnya merupakan instrumen untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
konteks ini, maka kita mengenal istilah perekayasaan kepemiluan (electoral
engineering).
Salah satu teori yang populer adalah Hukum Duverger dan Hipothesis
Duverger (1959). Hukum Duverger berbunyi bahwa sistem pemilu
mayoritas/pluralitas cenderung menghasilkan sistem kepartaian sederhana
(sistem dua partai). Sedangkan Hipothesis Duverger mengatakan bahwa
sistem pemilu perwakilan berimbang dan sistem campuran cenderung
BAB 3 – SISTEM PEMILU 103

