Page 123 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 123

terjadinya  penyederhanaan  sistem  kepartaian.  Dengan  demikian,  kita
                 sepertinya  masih  memiliki  tantangan  dan  hambatan  yang  sangat  besar
                 dalam mewujudkan ketiga tujuan tersebut ke depan.


              G. Penutup


                 Bab ini menjelaskan sistem pemilu di Pilpres, Pileg, dan Pilkada di Indonesia.
                 Secara  umum,  sistem  Pilpres  telah  diatur  di  UUD  1945,  misalnya  sistem
                 pemilu,  dapil,  ambang  batas  pencalonan,  dan  penentuan  calon  terpilih.
                 Dalam  porsi  yang  lebih  terbatas,  UUD  1945  juga  mengatur  sistem  pileg
                 terkait  dengan  sistem  Pileg,  dan  dapil  untuk  DPR  RI  dan  DPRD  Provinsi.
                 Sedangkan konstitusi tidak mengatur secara detail sistem pilkada. Dengan
                 demikian,  selain  oleh  Putusan  MK,  regulasi  lebih  lanjut  tentang  sistem
                 pemilu diatur di dalam UU Pemilu dan UU Pilkada. Sebagai contoh adalah
                 pengaturan dapil untuk Pileg DPRD Kabupaten/Kota, metode konversi suara
                 ke kursi di Pileg, sistem Pilkada, dan penentuan pemenang di Pilkada. Tema-
                 tema ini yang kemudian diatur lebih lanjut ke dalam PKPU dan peraturan
                 lembaga penyelenggara pemilu yang lain.


                 Dengan demikian,  KPU  sebenarnya  memiliki  peran  yang  sangat  strategis
                 untuk terlibat dalam proses penyusunan desain sistem pemilu di Indonesia.
                 Dalam konteks ini, para anggota KPU dituntut untuk memiliki pengetahuan
                 dan ketrampilan terkait dengan sistem pemilu beserta seluruh unsurnya.
                 Dalam menyusun desain sistem pemilu, ada baiknya kalau kita kemudian
                 mempertimbangkan saran Taagepera (1998), yaitu:


                 1.  membuat regulasi pemilu yang sesederhana mungkin;
                 2.  memanfaatkan pengalaman penyelenggaraan pemilu di negara-negara
                     lain;
                 3.  ketika sudah dipilih, gunakan sistem pemilu selama setidaknya tiga kali
                     penyelenggaraan pemilu; dan
                 4.  mempertimbangkan perubahan-perubahan yang bersifat inkremental.












                                                                   BAB 3 – SISTEM PEMILU   107
   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128