Page 126 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 126

Jenderal, hirarki dan relasi KPU RI dengan KPU di daerah, relasi KPU dengan
           Pemerintah  dan  DPR  dan  posisi  serta  relasi  KPU  dengan  Lembaga
           Penyelenggara  Pemilu  di  luar  negeri;  kelima,  bab  ini  juga  membahas
           tentang Bawaslu; keenam, hal ihwal tentang DKPP; dan ketujuh tentang
           bagaimana relasi antara KPU, Bawaslu dan DKPP.

        B. Lembaga Penyelenggara Pemilu (LPP)


           Konsepsi tentang LPP adalah sebuah badan yang bertugas dan berwenang
           menyelenggarakan  pemilu  untuk  memilih  para  penyelenggara  negara
           legislatif dan eksekutif baik pada tingkat nasional maupun lokal. Sebuah LPP
           adalah  organisasi  atau  lembaga  yang  memiliki  tujuan  dan  bertanggung
           jawab secara legal, untuk menyelenggarakan sebagian atau semua elemen
           yang  esensial  untuk  menyelenggarakan  pemilu  atau  instrumen
           pelaksanaan  demokrasi  langsung  lainnya,  seperti  referendum  dan
           pemungutan suara ulang. Elemen-elemen yang termasuk esensial untuk
           pelaksanaan pemilu diantaranya adalah menentukan siapa-siapa saja yang
           memenuhi  syarat  untuk  memilih,  menerima  dan  menetapkan  Parpol
           peserta  pemilu  dan  calon  peserta  pemilu,  melaksanakan  pemungutan
           suara, melaksanakan penghitungan suara dan melaksanakan rekapitulasi
           hasil penghitungan suara serta penetapan calon terpilih (Wall et. al. 2016).


           Konsepsi  tentang  LPP  diperjelas  dalam  Deklarasi  10  negara  pada
           pertemuan di Accra, Ghana di tahun 1993. Dalam pertemuan tersebut, para
           peserta  sepakat  menetapkan  lima  kriteria  mengenai  LPP  (Surbakti  dan
           Nugroho 2015), yakni:

           1.  Suatu  agensi  yang  permanen,  independen  dan  kredibel  yang
               berwenang mengorganisir dan melakukan secara periodik pemilu yang
               bebas dan jujur;
           2.  Mandat  untuk  menyelenggarakan  pemilu  harus  dinyatakan  dalam
               konstitusi, termasuk metode untuk melakukan pemilu, pendidikan bagi
               pemilih,  pendaftaran  partai  dan  calon,  pembuatan  kebijakan  pemilu,
               prosedur pemilu dan cara menyelesaikan perselisihan pemilu;
           3.  Keanggotaan  yang  non  partisan,  ketentuan  mengenai  jumlah
               keanggotaan,  diangkat  kepala  negara  dan  mendapat  persetujuan
               parlemen;


    110     BAB 4 – KELEMBAGAAN PENYELENGARA PEMILU
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131